Ilustrasi keluarga
Ilustrasi keluarga (sumber: Istimewa)
 Tidak hanya orang dewasa, anak-anak ternyata juga bisa mengalami stres. Psikolog anak Rini Hildayani menjelaskan, salah satu penyebab stress adalah karena adanya gangguan attachment atau kelekatan emosional yang bermasalah antara orang tua dan anak.
"Attachment merupakan ikatan emosional yang bertahan, yang ditandai oleh kecenderungan untuk mencari dan memelihara kedekatan dengan orang tertentu. Bila terjadi gangguan attachment, anak bisa mengalami stress. Sementara usia 0-2 tahun merupakan periode sensitif untuk pembentukan ikatan emosional antara orang tua dan anak," terang Rini Hildayani saat acara peluncuran modul pendidikan "Happy Tummy Council" versi kedua di Jakarta, Kamis (3/4).
Ketika seorang bayi menangis, dan orang tuanya selalu merespon kebutuhan si bayi dengan memeluknya, di situlah kelekatan emosional akan terbentuk. Bayi tersebut akan merasa bahwa orang tersebut sangat mencintainya dan dapat diandalkan.
"Sebaliknya, kalau si bayi menangis tapi orang tuanya kadang merespon kadang tidak, bayi tersebut akan merasa dia tidak dicintai dan tidak dapat mengandalkan orang tersebut," paparnya.
Pengalaman positif yang didapat pada masa awal perkembangan bayi tersebut menurut Rini sangat penting untuk membentuk secure attachment.
"Hal itu akan terbentuk jika orang tua bersikap sensitif, responsif, dan konsisten terhadap tanda-tanda yang ditampilkan bayi," tambahnya.
Sikap orang tua yang demikian dijelaskan Rini, dapat membantu anak terhindar dari stres yang berisiko menyebabkan gangguan kesehatan, seperti gangguan saluran cerna.
Padahal seperti diketahui, saluran cerna yang sehat sangat mempengaruhi perkembangan otak anak, terutama di periode kritis atau golden moment di usia 0-6 tahun.
"Untuk menghindari stres karena dampak psikologis yang dialami anak, orang tua perlu bersikap sensitif dan responsif terhadap perilaku anak, serta meningkatkan hubungan yang berkualitas antar mereka," pesan dia.