A. Pengertian
Pendekatan BCCT adalah
suatu metode atau pendekatan dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini,
yang dikembangkan berdasarkan hasil kajian teoritik dan pengalaman empiric.
Metode ini merupakan pengembangan dari metode Montessori, Highscope, dan Reggio
Emilio, dan dikembangkan oleh Creative Center for Childhood Research and
Training (CCRT) Florida, USA. Metode ini telah dilaksanakan di Creatif Pre
School Florida, USA selama lebih dari 25 tahun, baik untuk anak normal maupun
untuk anak dengan kebutuhan khusus.
Sebenarnya apabila diamati
scara cermat maka akan ditemukan berbagai perbedaan dalam pendekatan yang
dipergunakan masing-masing lembaga pendidikan anak usia dini. Perbedaan
tersebut mungkin dalam tujuan pendidikan, kurikulum yang dipergunakan, cara
pendekatan pendidik terhadap peserta didik dan cara menata limgkungan dan
sebagainya
Pada kenyataannya berbagai model pendekatan telah
diterapkan dalam berbagai bentuk pendidikan anak usia dini. Roopnarine dan
Johnson dalam Brewer (1992) menjelaskan bahwa sebenarnya terdapat 14 model
termasuk “Home Based” model untuk anak yang memiliki kebutuhan khusus dan model
“center Based”’ yang dimaksud dengan home based adalah diberikanya intervensi
dirumah-masing-masing. Model untuk anak yang memiliki kebutuhan khusus adalah intervensi
yang diberikan kepada anak-anak yang berkelainan.edang model center based
intervensi diberikan di pusat pelatihan dimana orang tua dan anak kumpul
bersama.
Selain
metode BCCT banyak pendekatan/metode yang lain seperti:
·
Pendekatan
Montessori yang dikembangkan oleh Maria Montessori (1870-1957)
·
Pendekatan
Bank street yang dikembangkan oleh Lucy Sprague Mitchell, Caoline Pratt,
Harriet Johnson (1878-1967)
·
Pendekatan
High Scope yang dikembangkan oleh David Waikart (1960an)
·
Pendekatan kreatif Kurikulum yang
dikembangkan oleh Diane Dodge (1978- sekarang)
·
Pendekatan Regio Emilio yang dikembangkan oleh Loris Malguzzi (akhir perang
dunia ke 2 – sekarang)
·
Pendekatan Proyek yang dikembangkan oleh Lilian Katz
Dalam
pembelajaran anak usia dini dengan metode apapun yang dipakai, harus mengunakan
pinsip “ pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak” / DAP
(Developmentally Appropriat Practice) dengan prinsip-peinsip sebagai berikut:
1.
Seluruh aspek anak saling terkait satu dengan lainnya dan saling
mempengaruhi
2. Perkembangan memiliki urutan yang runtut
3.
Setiap anak memiliki proses perkembangan yang berbeda
4. Pengalaman sebelumnya mempengaruhi perkembangan
5.
Proses perkembnagan sesuatu yang dapat diperkirakan menuju ke arah yang
lebih kompleks, terorganisasi dan terinternalisasi
6.
Perkembangan dan pembelajaran dipengaruhi oleh konteks budaya dan social
yang beragam.
7. Anak sebagai pebelajar yang aktif
8.
Perkembangan dan pembelajaran dipengaruhi oleh kematangan secara biologis
danlingkungan
9.
Bermain sebagai alat bagi anak dalam menunjukkan tahap perkembnagannya
10.
perkembangan anak akan lebih meningkat jika anak diberikan kesempatan untuk
melatih ketramilan yang baru dan meningkatkan ketrampilan yang sudah
dimilikinya sekarang.
11.
Anak memiliki beragam cara untuk belajar dan mencari tahu serta memiliki
berbagai cara untuk menunjukkan apa yang diketahuinya.
12.
Anak akan lebih mudah belajar jika anak merasa aman dan nyaman
B. Latar Belakang Pendekatan BCCT
Pendekatan BCCT didasarkan pada teori-teori sebagai berikut:
1. Teori Maslow tentang Kebutuhan manusia
Inti:
Membantu anak terpenuhi kebutuhan fisik, non fisik dan membangun
konsep diri positif
Aplikasi:
-
Pendidikan yang holistic dengan layanan peningkatan gizi dan kesehatan
-
Menciptakan atmosfir lingkungan yang aman, nyaman, menghargai, memahami
keunikan individu dan membolehkan anak berkreasi
2.
Teori Erikson (Teori Psikososial)
Inti:
Membangun konsep diri anak, memotivasi anak untuk
bereksperimen, eksplorasi dan membangun motifasi intrinsic.
Teori Erikson meliputi delapan tahab perkembangan
manusia, tiap tahab terdiri atas tugas-tugas perkembangan yang unik yang
menghadapkan seseorang pada sebuah krisis yang harus dihadapi. Kedelapan tahap
tersebut adalah:
a.
Tahap Keprcayaan versus ketidak percayaan (tahun pertama)
b.
Tahap Otonomi versus malu dan ragu-ragu (masa bayi usia 1-3 tahun)
c.
Tahap Inisatif versus rasa bersalah (masa kanak-kanak awal usia 3-5 tahun)
d.
Tahap Kerja keras versus bersalah (mas kanak-kanak tengah dan akhir usia
6-10 tahun)
e.
Tahap Identitas versus kebingungan identitas (Masa remaja usia 10-20 tahun)
f.
Tahap keintiman versus isolasi (masa dewasa awal usia 20-30 tahun)
g.
Tahap Generatifitas versus stagnasi (masa dewasa tengah usia 40-50 tahun)
h.
Tahap integritas versus keputusasaan (masa dewasa akhir usia 60 tahun
keatas)
Aplikasi Kepercayaan vs ketidak percayaan:
-
Mengembangkan hubungan positif setiap anak
-
Membangun jadwal konsisten
-
Menginformasikan rencana dan hal-hal yang akan dilakukan
Aplikasi Otonomi Vs Ragu-ragu:
-
menata lingkungan dan alat main yang memungkinkan anak mengunakan dan
menyimpan kembali alat main
-
menyediakan alat & bahan main yang mendukung
dan menantang kemampuan anak
-
membantu anak mengekspresikan perasaannya saat
main pembangunan
-
mendukung anak dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya
-
memotivasi anak untuk membangun kemapuan start
dan finish
Aplikasi Inisiatif Vs Rasa bersalah:
-
Menyediakan kesempatan untuk memilih mainan
-
Menyedialan bahan yang memungkinkan anak untuk mengembangkan daya
kreatifitas-nya.
-
Membolehkan anak secara bebas melakukan eksplorasi terhadap lingkungan
-
Mengizinkan anak untuk kotor selama bermain
3. Teori Neoroscience
Inti:
-
Perkembangan dipengaruhi oleh factor bawaan dan lingkungan (Nature and
nurture)
-
Otak manusia berkembang sebagai hasil pengalaman belajar
-
Struktur otak dibentuk dan diperkuat dan belajar yang berulang
-
Emosi berpengaruh dalam proses belajar.
-
Nutrisi, kesehatan dan kegiatan fisik mempengaruhi kemampuan belajar
-
Otak memiliki sensitive yang sangat tepat untuk pembelajaran
Aplikasi:
-
Semua anak memiliki kesempatan untuk mendapatkan
pengalaman yang kaya dari lingkungan yang mendukung
-
Anak didukung untuk mendapatkan ketrampilan dan
pengetahuan baru dengan densitas (ragam/jenis main) yang bisa di pilih dan
intensitas (waktu yang dibutuhkan) untuk main yang cukup
-
Lingkungan dan iklim belajar harus menyenangkan
-
Aktifitas di luar ruangan yang memungkinkan anak bergerak leluasa merupakan
hal yang penting
-
Perkembangan kemampuan sosial, bahasa dan musik
merupakan ketrampilan penting yang anak pelajari selama usia dini
4. Teori Piaget tentang perkembangan kognitif
Inti:
Anak secara aktif membangun pemahaman mengenai dirinyadan melalui
empat tahap perkembangan kognitif yaitu:
a.
Tahap sensorimotor (sejak lahir sampai usia 2 tahun)
Bayi membangun pemahaman dengan mengkoordinasikan
pengalaman sensoris dengan tindakan fisik, dan mengalami kemajuan dari tindakan
refleks sampai mulia mengunakan pikiran simbilis hingga akhir tahap
b.
Tahap praoperasional (usia 2 sampai 7 tahun)
Anak mulai menjelaskan dengan kata-kata dan
gambar, kata-kata dan gambar ini mencerminkan peningkatan pemikiran simbolis dan
melampaui hubungan informasi sensoris dan tindakan fisik
c. Tahap Operasional kongkrit (usisa sampai 11 tahun)
Tahapan ini anak dapat menalar secara logis
mengenai kejadian kongkrit dan menggolongkan benda ke dalam kelompok yang
berbeda-beda.
d. Tahap Operasional Formal (usia 11 sampai dewasa)
Tahapan ini merupakan tahapan melakukan penalaran
dengan cara yang lebih abstrak, idealis dan logis.
Bahwa tahab perkembangan anak usia dini adalah
sensorimotor-preoperasional dan berpikir logis dan reasoning (pemikiran)
Aplikasi:
-
Memberi banyak kesempatan untuk berekplorasi dengan obyek kongkrit
-
Menyediakan alat dan bahan dengan beragam warna, bentuk, ukuran, untuk
menghitung, klasifikasi, membandingkan dan urutan
-
Menata alat main sesuai dengan bentuk, ukuran
-
Mengembangkan bahasa dengan cara mendeskripsikan benda sesuai dengan yang
terasakan indra (kertas ini ringan, berat, kecil, kecil-besar dll)
5. Teori Vigotsky tentang perkembangan Sosial
Inti:
Perkembangan kognitif dipengaruhi oleh interaksi sosial
dan budaya. Interaksi sosial anak dengan
orang dewasa yang lebih trampil serta teman sebaya adalah penting dalam meningkatkan
perkembangan kognitif, juga dapat ditingkatkan lewat pijakan (Scaffolding) yang
tepat
Aplikasi:
-
Menciptakan lingkungan kelas sebagai kumpulan masyarakat yang
mendukung interaksi sosial
-
Menjadi modeling, motivator dan fasilitator bagi anak
-
Membangun hubungan dengan semua anak dalam kelompok atau dengan anak secara
perseorangan
-
Guru atau orang dewasa harus memiliki kemampuan yang diperlukan untuk
memberi pijakan tepat bagi anak
-
Observasi dan dokumentasi apa yang anak lakukan dan katakan merupakan cara
yang sangat penting dalam memahami perkembangan setiap anak sebagai dasar untuk
memberikan pijakan
6. Teori Gardner tentang Kecerdasan Majemuk
Inti:
Setiap manusia mengembangkan ketrampilan penting untuk cara hidupnya,
baik itu seorang pedagang, pelaut, penari, dokter, guru dll. Mereka akan
menggunakan caranya masing-masing untuk meningkatkan ketrampilannya.
Aplikasi:
-
Menghargai perbedaan kemampuan anak sebagai
kecerdasan anak
-
Menyediakan kesempatan bagi anak untuk memilih
kegiatan main yang sesuai dengan minat bakatnya
-
Mengunakan area sebagai interaksi kegiatan dengan
dilengkapi bahan dan alat main yang beragam
7.
Teori Sara Smilansky tentang Jenis main dan Perkembangan kemampuan main
anak berdasarkan jenis main
Inti:
-
Fungsional/sensorimotor
-
Constructive/pembangunan
-
Dramatic play/ main peran
-
Permainan dengan aturan
Perkembangan kemapuan maian anak:
Presentasi waktu dalam jenis main
0 10 20 30
40 50 60
70 80
90 100
usia
0-1 --------------------------Sensorimotor---------------------------
1-2 -----Sensorimotor--------------------------------------Simbolik
2-3 -------Sensorimotor------------simbolik---------pembangunan
3-4 -------Sensorimotor------------simbolik---------pembangunan
4-5 -------Sensorimotor---simbolik---------------pembangunan---
5-7 -Sensorimotor------simbolik--------------pembangunan-------
7+ Sensorimotor----simbolik---------------pembangunan---------
Aplikasi:
-
menyediakan bahan dan alat main yang beragam
untuk mendukung tiga jenis main
-
mendukung gagasan anak dengan mendeskripsikan apa
yang dilakukan anak dan mengajukan pertanyaan untuk merangsang anak memikirkan
apa yang sedang, telah dan akan dilakukannya
-
membolehkan anak untuk bermain sesuai dengan
aturan yang dibuatnya untuk mengembangkan kemamuan kerjasama
8. Teori Urien Bronfrenbrenner Tengang Ekologi
Inti :
Perkembangan dipengaruhi oelh lima system
lingkungan, berkisar dari lima konteks kasar mengenai interaksi langsung dengan
orang-orang hingga konteks budaya berdasar luas.
Lima system tersebut adalah:
·
Mesosistem; hubungan antara pengalaman di lingkungan keluarga dan
lingkungan sekolah
·
Ekosistem; pengalaman dalam lingkungan social lain
·
Makrosistem; budaya dimana seseorang tingga
·
Kronosistem; Pembuatan pola kejadian lingkungan
dan transisi sepanjang kehidupan, contoh kejadian perceraian yang dialami oleh
orangtua anak.
Aplikasi:
-
Interaksi dengan keluarga dan pendidik di sekolah
-
Bercerita pengalaman di rumah saat disekolah dan bercerita pengalaman
disekolah saat dirumah.
-
Pengalaman kerjasama dengan teman sebaya
-
Melibatkan orangtua sebagai partisipan dalam
keputusan sekolah
-
Melibatkan orang tua dengan anak mereka dalam aktifitas belajar di rumah
9. Teori MONTESSORI
Tujuan pembelajaran dari model Montessori adalah perkembangan anak
secara individual serta menitik beratkan pada ketrampilan intelektual secara
umum seperti pengembangan konsentrasi, ketrampilan mengamati, urutan,
koordinasi kesadaran dalam emlakukan persepsi, ketrampilan berbahasa,
ketrampilan membaca dan menulis serta kesadaran memahami tingkatan urutan. Jadi
menurut menurut Montessori anak belajar matapelajaran secara khusus.
Adapun peran utama pendidik dalam model Montessori adalah memperagakan
bagaimana suatu alat digunakan dan bagaimana suatu tugas diselesaikan.
Belajar menurut Montessori
Pada filsafat Montessori ada beberapa pengertian yang mendasar yaitu:
“Absorbent Minds” 9ingatan yang meresap) “The Prepared Environment” (Lingkungan
yang disiapkan), “Sensitive Period” (Periode sensitive). Guna menjelaskan bagaimana anak-anak tumbuh dan
berkembang, maka masing pengertian tersebut salin berkait satu sam lainnya.
Absorbent Minds adalah hal yang sangat penting dalam falsafah
Montessori. Umumnya beredar suatu pengertian bahwa anak tidak melakukan apapun
yang bersifat mental selama anak berada pada tahapan usia bayi. Tetapi Montessori
peracaya bhawa walupun masih bayi mereka telah mengapsorsi stimulant lingkungan
walaupun secara tidak sadar, selanjutnya akan sadar bersamaan berkembangnya
usia.
Prepare Environment adalah lingkungan pembelajaran yang disusun guna
terjadinya pengembangan pengertian-pengertian tertentu dalam diri anak. Dalam
hal ini pendidik empunyai tanggungjawab terhadap lingkungan pembelajaran
peserta didiknya dengan memilih dan menyusun alat-alat belajar sehingga
memungkinkan proses pembelajaran.
Auto Educations adalah kemampuan anak untuk mengorganisasikan
pemikiran sendiri apabila dikaitkan dengan kegiatan tertentu. Pendidik
bertanggungjawab menyediakan materi pelajaran sedemikian rupa sehingga
menimbulkan pengalaman yang bersifat logis. Anak perlu mendapatkan kesempatan mengamati
kemudian melakukan sesuatu
Aplikasi teori Montessori;
Mempergunakan alat-alat yang dibagi empat
kategori yakni;
-
Materi pengembangan ketrampilan yang dipergunakan sehari-hari dan kemampuan
yang bersifat sensoris. Seperti mandi, pakai baju, membersihkan lantai dsb.
Kegunaan dari ketrampiplan ini adalah untuk menumbuhkan disiplin diri,
kemandirian, dan kepercayaan diri.
-
Materi mengembangkan fungsi sensoris yang dirancang guna memperluas fungsi
indera untuk mengembangkan kecerdsan. contoh; berbagai macam tekstil dengan
berbagai macam kualitas
-
Materi akademis antara lain berupa huruf-huruf yan dapat dipindahkan, dapat
ditempel di papan
-
Materi artistic yang bernilai budaya membantu anakuntuk belajar menyukai
dan menghargai musik dan belajar mengontrol gerakan tangan dan kaki. Diajari
irama dan melodi serta diajari mengenal dan memainkan alat musik.
10. Teori Robi Care dengan Teori Neo-Peagetian
Teori ini didasarkan pada teori Jean Peaget
karenaya teori ini disebut teori Peagetian.
Inti;
Belajar adalah meningkatkan kemampuan untuk
memecahkan persoalan (problem solving). Menurut Case
anak adalah pemeah masalah (problem solver) yang senantiasa memecahkan
persoalan.
Ada dua cara untuk memecahkan masalah;
a. Heuristic yaitu belajar dengan cara coba-coba (train and eror)
b. Algiritmik yaitu belajar didasarkan atas pikiran yang mendasar
terhadap pengetahuan, ketika gagal ia akan mencari strategi biar berhasil.
Aplikasi;
-
Menyediakan balok unit untuk kegiatan main pembangunan
-
Menyediakan Puzzel untuk latihan memecahkan masalah
-
Mengadakan kegiatan sains untuk mengetahui hokum sebab akibat
-
Menyediakan obeng kecil untuk membuka skrup mainan yang sudah rusak.
11. Teori Jerome Bruner
Inti;
Bahwa anak mulai belajar dari kongkret ke abstrak
melalui tiga tahapan;
-
Tahap Enactive
yakni anak berinteraksi engan obyek berupa benda, orang dan kejadian. Dari
interkasi ini anak belajar nama dan merekam siri benda dan kejadian, itulah
sebabnya anak usia 2-3 tahun akan banyak bertanya “ Apa itu…? Jika melihat sesuatu.
- Tahap Iconic yaitu anak mulai belajar
mengembangkan simbul dengan benda. Misal anak diberikartu domino yang terdapat
gambar bulatan 2 dan 3 maka ia akan bilang lima.
- Tahap Simbolik Usia 4-5 tahun, tahap dimana anak
mulai mengembangkan konsep. Contoh; ada tulisan “papa” adalah merupakan konsep
yang artinya ayah. Contoh; Gelas dan susu, anak akan tahu cara minum dengan
gelas.
Aplikasi;
-
Mengajak anak untuk berjalan-jalan melihat
lingkungan, pendidik menjawab setiappertanyaan yang diajukan oleh anak.
-
Menyediakan kartu Domino, biji-bijian, kerikil
dsb untuk mengenal simbul angka serta konsep pengurangan, penjumlahan dan
pembagian.
- Menyediakan berbagai kartu kata agar mengetahui
makna dari kata tersebut
-
Menyediakan berbagai peralatan makan dan minum
12. Teori David Ausabel dengan teori belajar bermakna
(meningfull Learning)
Inti;
Bahwa apa yang dipelajari anak memiliki fungdi
bagi kehidupannya. Seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru dalam
skema pengetahuan yang telah dimiliki, teori ini sangat dekat sekali dengan
inti pokok teori kontruktifisme.
Ciri-ciri belajar bermakna;
-
Ada kaitan antara pengetahuan yang telah dimiliki dengan pengetahuan baru
yang dipelajari.
-
Anakmemiliki kebebasan memilih bakat, minat dan cara belajar yang berbeda-beda
-
Kegiatan pembelajaran memungkinkan siswa menyusun pemahaman sendiri, anak
bukan wadah yang kosong yang dengan mudah pendidik menunangkan apa saja
kedalamnya. Otak anak ibarat lilin yang harus dinyalakan agar mampu menerangi
dirinya.
Aplikasi;
-
Pendidik harus menghubungkan apa yang dipelajari
anak dengan pengetahuan yang tellah dimiliki, sehingga harus ada pijakan
sebelum main agar menumbuhkan pengetahuan baru kepada anak.
-
Mengunakan tema dasar pembelajaran yang telah
direncanakan dengan memberi kebebasan memilih sub tema dalamlingkup tema dasar
yang sama.
-
Dalam pengamatan bermain gunakan; Looking
(memperhatikan apa yang dilakukan anak), Naming (menyebutkan apa yang dilihat),
Questioning (menanyakan apa yang ingin dilakukan anak), Commanding (memancing
untuk memperluas gagasan anak), Acting (memberi kesempatan kepada anak untuk
berbuat, jika anak belum dapat melakukannya dapat memberi modeling)
13. Teori Albert Bandura
Inti;
Anak belajar pril;aku social (berkerjasama)
sharing (Berbagi) atau prilaku negative seperti berkelahi, bertengkar dan
menyerang.
Bandura juga mengidentifikasikan belajar dengan
menjadikan prilaku orang lain sebagai model yang dikenal dengan teori (Learning
by modeling)
Aplikasi;
-
Menyediakan sentra bermain peran
-
Pendidik dan orang tua harus menjadi model yang baik bagi anak karena anak
senang menirunya.
-
Memberikan berbagai cerita atau kisah orang-orang yang sholih dan cerdas
serta sukses.
14. Teori Sigmund Freud Tentang Psikoanalisis
Teori yang menggambarkan perkembangan sebagai suatu yang biasanya
tidak sadar (diluar kesadaran) dan diwarnai oleh emosi. Priilaku hanyalah
sebuah karakteristik permulaan, dan bahwa pemahaman yang sebenarnya mengenai
perkembangan hanya didapat dengan menganalilis makna simbul prilaku dan kerja
pikiraan yang dalam.
Tahapan perkembangan menurut Freud;
-
Tahap Oral (0-1 ½ tahun) kesenangan bayi pada sekitar mulut
-
Tahap anal (1 ½ - 2 tahun) Tahap kesenagan terbesar nak melibatkan anus
atau fungsi pembuangan yang dihubungkan dengannya. Dalam teori freud latihan otot anal dapat menurunkan ketegangan
-
Tahap Phellic (3-6 tahun)tahap kesenagan berfokus pada alat kelamin.
-
Tahap Aedipus latency (6-masa Puber) anak menekankan seluruh minat seksual
dan mengembangkan ketrampilan social dan intelektual.
-
Tahap Genital (Mulai darimasa puber dan seterusnya) tahap kebangkitan
seksual; sumber kesenangan seksual sekarang terdapat pada seseorang diluar
keluarga. Freud percaya bahwa konflik yang tidak terpecahkan dengan tua muncul
selama masa remaja. Jika konflik tersebut dapat dipecahkan maka seseorang mampu
mengembangkan hubungan cinta matang dan mampu bertindak secara mandiri sebagai
seorang individu yang dewasa.
Meskipun teori tersebut banyak bertentangan,
banyak informasi dari teori tersebut yang lebih saling melengkapi daripada
bertentangan.
C.
Tahab-tahab pembelajaran dengan Pendekatan BCCT
Pembelajaran dengan pendekatan BCCT mengunakan
empat langkah pijakan untuk mencapai mutu pengalaman main yaitu;
1). Pijakan lingkungan Main, 2).Pijakan
pengalaman Sebelum main, 3). Pijakan pengalaman saat main, 4). Pijakan pengalaman setelah main
1. Pijakan Lingkungan Main
Bagaimanakan lingkungan bermain bagi anak yang
bermutu?
Lingkungan bermain yang bermutu tinggi untuk anak
usia dini mendukung tiga jenis main:
-
Sensorimotor atau main fungsional
-
Main peran (makro/mikro)
-
Main pembangunan (sifat cair.bahan alam&terstruktur)
Langkah-langkah
dalam pijakan lingkungan
-
Mengelola awal lingkungan main dengan bahan-bahan yang cukup dengan
memperhatikan intensitas dan densitas main.
-
Memiliki berbagai bahan yang mendukung tiga jenis
main (sensorimotor, peran dan pembangunan)
-
Memiliki berbagai bahan yang mendukung pengalaman
keaksaraan
-
Menata kesempatan main untuk mendukung hubungan
sosial yang positif
2. Pijakan Pengalaman Sebelum Main
-
Membaca buku yang berkaitan dengan pengalaman atau mendatangkan nara sumber
-
Mengabungkan kosa kata baru yang menunjukkan konsep yang mendukung
perolehan ketrampilan kerja (standart kinerja)
-
Memberi gagasan bagaimana mengunakan bahan-bahan
-
Mendiskusikan aturan-aturan dan harapan untuk
pengalaman main
-
Menjelaskan rangakaian waktu main, mengelola anak untuk keberhasilan
hubungan sosial
-
Merancang dan menerapkan urutan transisi main
3. Pijakan Pengalaman Saat main
Mengapa perlu…?
-
untuk
memahami pikiran anak
-
untuk memperluas gagasan atau ide bagi anak
-
memperkuat pemahaman anak terhadap konsep yang
ditemukannya
-
mengembangkan kemampuan anak terhadap yang lebih tinggi
-
mengembangkan berbagai aspek kemampuan
-
membangun aturan untuk mengenalkan disiplin
-
mencontohkan nilai-nilai yang diharapkan (mengucapkan terima kasih, sikap
lainnya)
Apa yang dilakukan…?
-
Memberikan waktu main (45mt-1 jam) untuk
pengalaman main anak
-
Mengembangkan komunikasi yang tepat
-
Memperkuat dan mempeluas bahasa anak
-
Memperluas gagasan main anak
-
Meningkatkan kesempatan sosialisasi melalui dukungan hubungan teman sebaya
-
Mengamati dan mendokumentasikan perkembangan dan kemajuan main anak
Langkah-langkah pijakan pendidik saat anak bermain:
-
Looking (memperhatikan apa yang dilakukan anak)
-
Naming (menyebutkan apa yang dilihat)
-
Questioning (menanyakan apa yang ingin dilakukan
anak)
-
Commanding (memancing untuk memperluas gagasan
anak)
-
Acting (memberi kesempatan kepada anak untuk
berbuat, jika anak belum dapat melakukannya dapat memberi modeling)
4. Pijakan Pengalaman Setelah Main
Mengapa perlu…?
-
Membangun kemampuan anak utuk mengingat kembali
apa yang telah dilakukannya
-
Memperkuat konsep yang telah ditemukan anak ketika
bermain
-
Mengembangkan kemampuan sosial
-
Mengembangkan kemampuan pengendalian diri
-
Mengembangkan kemampuan matematika dengan cara
mengklasifikasikan alat dan bahan main sesuai dengan bentuk dan jenisnya serta
keguanaannya
-
Mengembangkan sikap tanggung jawab dan disiplin
-
Membiasakan bekerja tuntas (start dan finish)
Kegiatan yang dilakukan pada pijakan setelah main
-
Membereskan alat main dan mengembalikan ke tempatnya
-
Membentuk klingkaran bersama semua anak
-
Menanyakan apa perasaan anak setelah main
-
Menanyakan kegiatan main yang telah dilakukan
-
Menanyakan konsep yang telah ditemukan anak selama main (sesuai dengan
rencana pembelajaran yang disusun)
-
Menegaskan prilaku yang telah dumunculkan anak (berterimakasih untuk
prilaku yang diharapkan, dan mendiskusikan untuk prilaku yang belum tepat)
-
Menghubungkan dengan kegiatan yang akan datang
-
Transisi kegiatan berikutnya
-
Mendukung anak untuk mengingat kembali pengalaman
mainnya dan menceritakan pengalaman mainnya.
D.
Proses Kegiatan Pembelajaran BCCT
Kegiatan
pembelajaran anak usia dini bisa dilaksanakan di halaman atau di ruangan centra
yang terpisah (setiap ruang diberi nama
sentra) atau bisa mengunakan satu ruang yang luas di bagi atau disekat menjadi
beberapa sentra. Sebelum kegiatan pembelajaran, pendidik harus menyiapkan
hal-hal sebagai berikut:
1. Mempersiapkan Tempat Main
Tempat/Lingkungan
main disiapkan dengan cara mengelar alas duduk atau kursi untuk kegiatan
bermain anak, bisa diluar ruangan atau di dalam ruangan, hal penting lain yang harus disiapkan adalah alat
dan bahan main yang akan digunakan oleh anak dan harus disesuaikan dengan
Rencana dan tujuan serta disesuaikan dengan usia dan tahab perkembangan anak.
Selain itu, alat main juga harus bervariasi. Hal ini sering disebut Pijakan
lingkungan Main.
2. Tahap-tahap
Kegiatan
a. Kegiatan Awal
Kegaitan awal dilakukan dalam rangka menunggu
kedatangan siswa lain yang belum datang. Kegiatan awal ini dapat berupa:
mendengarkan lagu-lagu dari Tape/player, bersama-sama melafalkan surat-surat
pendek dari alqur’an yang dipimpin oleh pendidik, mengajak anak untuk memanggil
teman-teman yang sudah datang, bermain permainan tradisional, tepuk, senam,
dsb. dengan tujuan untuk membuang surplus energi yang dimiliki anak agar
nantinya tidak digunakan mengganggu teman lain yang sedang main saat kegiatan
inti berlangsung.
b. Kegiatan Transisi
Kegiatan transisi adalah kegiatan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk melakukan hal-hal kebutuhan sendiri misalnya, minum,
buang air kecil dan mencuci tangan.
c. Kegiatan Pembukaan
Kegiatan pembukaan juga sering disebut dengan Pijakan
Sebelum Main. Kegiatan pembukaan dapat dilakukan dengan cara membentuk lingkaran
bersama antara pendidik dan peserta didik. Ini bisa dilakukan bersama-sama
seluruh usia atau bagi yang sudah menerapkan sentra bisa dilakukan setiap
kelompok usia. Dalam kegiatan pembukaan ini pendidik melakukan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
(1) Memberi salam pada anak
(2) Memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk memimpin doa awal
(3) Menanyakan kabar peserta didik dan keluarga.
(4) Meminta peserta didik mengingat siapa yang tidak
masuk/hadir.
(5) Pendidik
membacakan buku cerita / atau dengan gambar untuk bercerita sesuai dengan tema,
dan menanyakan kembali isi cerita atau memberikesempatan kepada peserta didik
untuk bercerita mengenai gambar yang di perlihatkan oleh pendidik.
(6) Mengenalkan
kepada peserta didik semua tempat dan alat main yang akan digunakan
(7) Mengajak
peserta didik untuk membuat kesepakatan aturan main seperti : Tidak berebut, tidak memilih-milih
teman, mengembalikan peralatan main di tempat semula.
(8) Pendidik
mempersilahkan peserta didik untuk melakukan kegiatan main dengan cara
memberikan tebak-tebakan, siapa yang bisa menebak bisa memilik terlebih dahalu
dari mianan yang telah disiapkan.
d. Kegiatan Inti
Kegiatan inti adalah kegiatan main (Saat
main) yang dilakukan oleh peserta didik, waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan
inti minimal 60 Menit (1 Jam). Pada saat kegiatan berlangsung sebaiknya
pendidik berkeliling melihat anak yang sedang bermain serta memberikan dukungan
berupa pernyataan positif pada setiap peserta didik tentang apa yang
dikerjakan. Untuk memperluas gagasan/ide cara main anak pendidik memancing
dengan pertanyaan yang tidak hanya dijawab dengan ya atau tidak. Contoh berapa
gambar yang sedang di warnai..?. Kegiatan tersebut juga sering disebut dengan
Pijakan saat main.
Selain
itu pendidik juga dapat memberikan bantuan pada anak yang membutuhkan serta
mendorong anak untuk mencoba permainan yang lain sehingga anak kaya akan
pengalaman, selain itu juga pendidik dapat mengamati dan mencatat hal-hal yang
dilakukan anak serta mengumpulkan hasilkarya anak (bila tidak memungkinkan
dikumpulkan pendidik bisa mengambil gambar hasil karya dengan kamera untuk
dokumentasi). + 10 menit seblum waktu berakhir pendidik memberikan
kesempatan kepada anak untuk membereskan kembali peralatan mainnya.
e. Kegiatan Menutup
Kegiatan Main
Kegiatan penutup dilakukan dengan cara mengajak anak-anak untuk duduk melingkar kembali (pijakan setelah main), setelah itu pendidik melakukan hal-hal sbb:
- Menanyakan kembali (recalling) pada setiap anak
kegiatan yang telah dilakukan dengan tujuan melatih daya ingat/fikir, melatih
mengemukakan gagasan atau ide serta pendapat dan pengalaman main dan untuk
memperluas perbendaharaan kata.
- Menayakan tentang kesulitan-kesulitan main yang
dialami oleh peserta didik
f. Kegiatan Transisi
Main
Kegiatan transisi main diperlukan agar anak tidak
berebut saat mencuci tangan dan mengambil bekal dari tasnya, (juga memberi
kesempatan kembali kepada peserta didik yang ingin buang air kecil). Kegiatan
ini dapat dilakukan dengan cara bermain tebak-tebakan atau yang lain dengan
tujuan jika anak bisa menjawab dipersilahkan untuk bercuci tangan dan mengambil
bekal yang dibawanya.
g. Kegiatan Makan
Snack Bersama
Kegiatan makan bersama dapat disiapkan oleh sekolah
setempat, atau makanan yang dibawa sendiri oleh peserta didik, Sebelum kegiatan
pendidik dapat dapat melakukan hal-hal
sbb:
(1)
Memberitau manfaat setiap jenis makanan
(2)
Mengenalkan etika makan yang baik
(3)
Melibatkan anak untuk membuang sampah atau mengembalikan peralatan makan di
tempatnya.
h. Kegiatan Akhir
Kegiatan
akhir bisa dilakukan dengan cara:
Anak-nak berkumpul menjadi satu dalam lingkaran besar
seluruh peserta didik. Pendidik mengajak bernyanyi, bertepuk tangan, membaca
puisi atau yang lainnya. Setelah itu pendidik menyampaikan rencana kegiatan
harian/ mingguan yang akan datang.
Pendidik meminta salah satu anak didik untuk memimpin do’a
penutup dan anak dipersilahkan pulang atau melakukan kegiatan di luar sentra
(bagi yang full day). Agar anak tidak berebut pendidik dapat mengunakan aturan
seperti berbaris urut. Atau tebak-tebakan angka dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar