Sabtu, 07 Desember 2013

Mamaku…Sahabatku…

Dari ibu, anak belajar tentang kelembutan, kesetiaan, ketertiban, dan kasih sayang. Itu semua syarat yang ada pada setiap sahabat, sehingga layaklah ibu di nobatkan sebagai sahabat terbaik bagi anaknya. 
DI MATA ANAK, sahabat adalah teman yang bisa diajak bermain, berinteraksi, dan berkomunikasi secara menyenangkan. Sosok yang pas untuk memenuhi criteria ini tak perlu di cari jauh–jauh oleh anak, karena sahabat yang paling baik baginya sebetulnya sudah hadir sejak ia di kandungan, yaitu ibunya sendiri.
Sejatinya, awal persahabatan sudah di bentuk ketika kedekatan mulai terjalin selama 9 bulan dalam kandungan, anak hidup bersama dan bernapas seiring detak jantung ibunya. Setelah lahir, melalui tetesan ASI, kedekatan itu semakin nyata. Proses ini akan membentuk attachment dan bonding antara ibu dan anak.
Selain itu, pada usia–usia awal juga terjadi pembentukan rasa trust atau percaya. Bila anak menangis dan ibu peka serta responsive terhadap tangisannya, maka ibu akan memenuhi kebutuhan anaknya, apakah dengan memberikan ASI atau menggantikan popoknya.
Ibu yang peka dan berusaha memahami serta mengerti kebutuhan anak akan membuat anak percaya pada orangtuanya bahwa dirinya dimengerti.
Intinya, ibu selalu hadir dalam keseharian anak dan mampu dijadikan tempat bergantung (rely on). Ibu bukan saja bisa diajak bermain tapi juga tempat untuk belajar banyak hal karena ibu  mempunyai  pemikiran dan wawasan yang jauh ke depan demi kebaikan buah hatinya. Dengan ibulah, anak belajar saling berbagi, memberi, menerima, dan memahami satu sama lain. 
 
Jika sejak dini telah terbentuk persahabatan antara ibu dan anak, banyak manfaat bisa dipetik. Kepada sahabatnya, yaitu ibu, anak dapat bersikap terbuka lantaran sudah terbiasa sejak kecil. Nantinya di usia remaja, ketika peran peer group sangat kuat dan orangtua biasanya kesulitan dalam memantau pergaulan anak, ibu tak akan terlalu risau sebab ibu tahu anak–anaknya akan bercerita dengan sendirinya mengenai dirinya bermain dengan siapa atau teman–temannya seperti apa. Jadi, ibu bisa mengetahui banyak hal mengenai anak dan lingkungan pertemanannya tanpa perlu repot–repot menelisik.
 
Ibu pun dengan mudah bisa meminta anak bersikap hati–hati dalam berteman, memberi saran dan nasihat tanpa di minta jika dilihat anaknya galau atau gelisah, dan sebagainya. Jikapun terjadi konflik/kesalahpahaman antara orangtua dan anak, terutam di usia–usia praremaja remaja ketika kondisi jiwa anak tengah labil, maka ibu dan anak akan cepat–cepat mencari solusinya tanpa meredam rasa marah, semisal dengan berdiskusi bersama.
Tentunya pada setiap tahapan usia anak mempunyai tantangan berbeda untuk mempertahankan hubungan yang hangat antara ibu dan anak. Seperti apa dan bagaimana caranya, yuk kita simak bersama dalam topik  kali ini. 
APA YANG HARUS IBU LAKUKAN ?
Menurut psikolog dari KANCIL, Adisti Soegoto, M.Psi, selain menjalin kedekatan sejak dini, ada beberapa hal yang penting dilakukan ibu agar bisa menjadi sahabat anak, yaitu : 
·        Selalu menjalin komunikasi.
Sejak di kandungan, anak  sudah bisa diajak berkomunikasi.
Sapalah janin setiap saat, “halo, adek sayang ini mama, temanmu nanti di kala suka dan duka. Wah, kita berdua nanti pasti akan menjadi teman yang hebat.” Ucapkan berulang dengan nada lembut. Meski janin belum merespons, jangan kecil hati karena benih–benih persahabatan sudah di mulai yaitu janin akan merasa lebih tenang, diterima, disayang, juga lebih dekat kepada ibunya.
Selanjutnya di masa kanak–kanak, ibu tetap membiasakan berkomunikasi dengan anak. Percayalah, anak bisa mengerti apa yang dikatakan oleh ibu. Kemudian, seiring perkembangan kemampuan bahasa/bicara anak, biasakan anak mengungkapkan keinginan, perasaan, dan pikirannya. Ajari anak bagaimana mengungkapkannya dengan cara yang baik, tidak harus dengan marah–marah, menangis, atau bicara seenaknya yang menyinggung perasaan. Ciptakan rasa nyaman anak dalam berkomunikasi dengan ibu. 
Bagi ibu bekerja, tetaplah menjalin komunikasi dengan anak dimanapun saat bekerja, sehingga anak tetap merasa diperhatikan dan tak merasa kehilangan ibu sehari penuh. Gunakan dan manfaatkan teknologi yang ada untuk tetap berinteraksi dengan anak. Beri tahu pula pada anak kapan waktu ibu di kantor yang bisa dihubungi untuk anak bisa bercerita pada ibunya.
·        Menjadi pendengar yang baik.
Hargai sikap terbuka anak. Ketika ia menyampaikan sesuatu, ibu mendengarkan dan memerhatikan dengan baik. Ini membuat anak merasa dihargai, dipedulikan, dan diperhatikan.
Secara tak langsung anak pun akan mencontoh sikap ibu ini, ketika ibu menjelaskan sesuatu atau bercerita pada anak, ia akan mendengarkannya dengan baik. Jika ada sesuatu yang ibu anggap kurang berkenan, anak bisa diberi tahu pula dengan baik–baik. 
·        Kenali dan pahami tahapan perkembangan anak.
Bila ibu mengetahui tahap perkembangan anak, ibu akan mengenali dan memahami anaknya dengan baik. Anakpun akan merasa dirinya dipahami dan dimengerti, sehingga dapat dihindari salah paham dan salah pengertian akibat ketidaktahuan ibu akan kebutuhan anak.
·        Bermain bersama anak.
Menjadi sahabat anak dapat dilakukan dengan cara yang fun dan menyenangkan, salah satunya lewat bermain. Ibu juga bisa memasukkan aturan–aturan, nilai, dan sebagainya lewat permainan.
Banyak hal yang akan dipelajari anak dari ibunya secara tak langsung lewat kegiatan bermain bersama tersebut. 
·        Sediakan waktu yang berkualitas.
Di zaman sekarang, ayah dan ibu cenderung bekerja di luar rumah, sehingga waktu yang dimiliki bersama anak sangat terbatas. Waktu yang ada itu akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk menjaga hubungan ibu dan anak.
Pulang kerja sehabis membersihkan diri, sediakan waktu untuk bersama anak. Jika ibu terlalu lelah, pilihlah kegiatan yang tak menguras energi semisal membacakan buku sambil santai di tempat tidur. Jika ibu memang sudah menjanjikan akan bermain bersama anak, usahakan selalu tepati, sehingga anak bisa percaya.
Jika hal–hal diatas selalu menjadi pegangan ibu dalam menjalani persahabatan dengan anaknya, niscaya kendala ataupun kerikil yang menghadang hubungan ibu dan anak selalu bisa diatasi. Karena sebagai sahabat, ibu telah menggenggam kunci hati anak, yaitu mau terbuka dan bisa dipercaya. (Tabloid Nakita)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar