T
ak sedikit bunda yang mengeluhkan anak balitanya ‘hobi’ merengek. “Anak perempuan saya hampir selalu merengek. Diganti bajunya, merengek. Saat ingin sesuatu, merengek lagi. Telinga saya sakiiittt……mendengarnya!” curhat Nina, seorang ibu dengan balita usia 2 tahun.
Rengekan anak usia 1-2 tahun kerap muncul seiring dengan perasaan kecewa atau frustasi terhadap dirinya sendiri. Rengekan juga bisa datang karena anak sedang mencari perhatian. Dengan kata lain, merengek menjadi salah satu cara anak untuk mengekspresikan apa yang dirasakan dan diinginkan. Apalagi anak usia 1-2 tahun belum mampu berkomunikasi verbal dengan baik.
Memilih diam atau tak peduli pada rengekan anak justru membuat anak berpikir bahwa merengek adalah pilihan baik. Akhirnya, ia menjadikannya sebagai kebiasaan. Padahal, merengek dipercaya membuat perkembangan bahasa anak tidak berkembang, lantaran tidak melatih anak mengungkapkan masalah secara verbal. Maka, kendalikan rengekan si kecil dengan :
1. Tatap matanya, dan dengarkan
Gunakan posisi sejajar tinggi tubuh anak, lalu tatap matanya. Dengan cara ini akan terjalin emosi yang tarik-menarik antara Anda dengannya. Kontak mata adalah pengganti sinyal bahwa Anda merespon atau mendengar apa yang anak sampaikan.
Tanyakan apa yang sebenarnya ingin ia katakan. Gunakan nada bicara yang lembut dan hindari memotong jawaban si kecil. Tak perlu buru-buru mendapatkan jawaban, sebab anak usia 1-2 tahun masih bingung mengungkapkan isi kepalanya. Perbendaharaan katanya kurang dari 200 –ia perlu bantuan Anda untuk mengungkapkan apa yang ia mau.
2. Beri contoh meminta
Anak Anda belum paham bagaimana cara meminta yang baik pada orang lain, sehingga ia meminta dengan merengek. Apalagi bila Anda memang selalu memenuhi keinginannya ketika ia merengek! Segera beri ia contoh bagaimana cara meminta sesuatu secara tepat.
Minta anak meniru cara Anda, misalnya “Yuk ikuti Bunda. Kalau kamu mau minta susu, katakan. ‘Bunda aku mau susu’. Ayo sekarang ikuti Bunda!” Perlihatkan pada anak bahwa saat merengek ia menghasilkan raut wajah dan suara yang jelek. Dengan begitu, anak belajar kalau merengek itu terdengar tak menyenangkan.
3. Kenalkan Perasaan
Pediatrik dan penulis buku perkembangan anak dari AS, T. Barry Brazelton berpendapat, kehidupan anak usia 1-2 tahun penuh dengan perasaan ambivalen. Ketika belajar berjalan, misalnya, bagi anak itu tak semudah yang ia kira. Baru saja meluruskan kaki, ternyata kakinya belum bisa menopang tubuh. Kekesalan pada kakinya pun ditumpahkan dengan merengek.
Anda perlu membantu anak belajar mengenal perasaan. Saat melihat ia kesal karena tidak kunjung bisa berjalan, katakan “Kamu kesal karena tidak bisa berjalan ke meja ya, Nak? Mau Bunda Bantu?” Tunjukkan bahwa ia tidak sendiri. Ada orang lain yang siap membantunya, sehingga tidak perlu merengek.
4. Siapkan strategi mengatasi bosan
Bosan kerap dialami anak yang sudah puas dengan sesuatu yang ada di depannya, atau menunggu sesuatu tanpa melakukan apapun. Bila ia lantas merengek, segera ajak ia melakukan aktivitas lain.
Ajak ia menciptakan kegiatan sendiri, misalnya bernyanyi, menari, atau main tebak-tebakan. Kegiatan itu mampu mengalihkan rasa bosan. Atau, jika ia bosan pada buku di hadapannya, ciptakan bagaimana membuat acara membaca jadi menyenangkan dengan mendongeng atau tebak suara hewan dan tokoh di buku.
5. Pelukan Menenangkan
Bila berbagai cara sudah dilakukan, namun anak tetap merengek, coba ini: Pelukan Anda mampu mengurangi emosi negatif si kecil, seperti bosan, lelah, frustasi atau mencari perhatian. Pelukan adalah ungkapan cinta tanpa kata yang sangat mudah dipahami dan dirasakan.
Sebaiknya, meski sudah diungkapkan dalam bahasa nonverbal, gunakan juga bahasa verbal agar anak lebih paham, misalnya, “Kamu kesal tidak bisa memindahkan bola ini ya? Sini Bunda peluk agar tidak kesal lagi.” Si kecil akan belajar, untuk mendapatkan kenyamanan ia tidak harus merengek, tapi bisa memeluk Anda. Tentu ajarkan pula, tak semua orang boleh dipeluk.
6. Hindari Toleransi
Memenuhi kebutuhan anak setiap ia merengek adalah pilihan kurang tepat.
Begitu juga dengan ketidakkonsistenan yang Anda ciptakan, seperti hari ini Anda memenuhi rengekannya, besoknya tidak. Anak akan bingung sebenarnya apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Tegas katakan “Maaf, nak. Bunda tidak mengerti apa yang kamu inginkan kalau kamu merengek seperti itu.”
7. Beri Pujian
Begitu anak berhasil mengungkapkan keinginannya dengan lebih jelas beri ia pujian.
Hargai usahanya dengan mengatakan “Wah, anak Bunda pintar sekali sudah tidak merengek lagi! Suara kamu terdengar lebih merdu kalau tidak merengek.” Pujian membuat anak termotivasi meneruskan perilaku baiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar