Senin, 21 April 2014

Metode Pembelajaran pada PAUD


1.    Metode Pembelajaran Bermain
a.    Rasional metode pembelajaran melalui bermain
Kegiatan bermain juga dapat dijadikan sebagai metode pembelajaran. Kegiatan bermain adalah yang yang paling disukai oleh anak-anak. Ketika bermain anak-anak merasa gembira, tidak ada beban apa pun dalam pikiran. Suasana hati senantiasa ceria. Dalam keceriaan inilah, guru bisa dengan mudah menyelipkan ajaran-ajarannya.
Ahli psikologi dan pendidikan berpendapat bahwa bermain merupakan pekerjaan anak-anak dan cermin pertumbuhan anak. Melalui bermain, seluruh potensi kecerdasan yang dimiliki oleh anak dapat dikembangkan. Ada sebelas pengaruh bermain bagi perkembangan anak, yaitu: 1) Perkembangan fisik; 2) Dorongan berkomunikasi; 3) Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam; 4) Penyaluran bagi keinginan dan kebutuhan; 5) Sumber belajar; 6) Rangsangan bagi kreativitas; 7) Perkembangan wawasan diri; 8) Belajar bermasyarakat; 9) Standar moral; 10) Belajar bermain sesuai dengan peran jenis kelamin; dan 11) Perkembangan ciri kepribadian yang diinginkan.
b.   Format pembelajaran melalui bermain
Metode pembelajaran melalui bermain terdiri dari tiga langkah utama, yaitu:
(1) Tahap Prabermain
Tahap prabermain terdiri dari dua macam kegiatan persiapan, yaitu kegiatan penyiapan siswa dalam melaksanakan kegiatan bermain dan kegiatan penyiapan bahan dan peralatan.
(2) Tahap Bermain
Terdiri dari rangkaian kegiatan berikut:
(a) Semua anak menuju tempat yang sudah disediakan untuk bermain;
(b) Dengan bimbingan guru, peserta permainan mulai melakukan tugasnya masing-masing;
(c) Setelah kegiatan selesai, setiap anak menata kembali bahan dan peralatan bermainnya;
(d)Anak-anak mencuci tangan.

(3) Tahap Penutup
(a) Menarik perhatian anak tentang aspek-aspek penting dalam membangun sesuatu;
(b) Menghubungkan pengalaman anak dalam bermain yang baru saja dilakukan dengan pengalaman lain;
(c) Menunjukkan aspek-aspek penting dalam bekerja secara kelompok;
(d)Menekankan pentingnya kerja sama.
2.    Metode Pembelajaran Melalui bercerita
a.    Rasional metode pembelajaran melalui bercerita
Metode bercerita merupakan salah satu metode yang banyak dipergunakan di PAUD. Metode tersebut dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak PAUD dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus menarik dan mengundang perhatian anak serta tidak lepas dari tujuan pembelajaran bagi anak PAUD.
Penggunaan metode bercerita haruslah memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1)   Isi cerita harus terikat dengan dunia kehidupan anak TK.
2)   Kegiatan bercerita diusahakan dapat memberikan perrasaan gembira, lucu, dan mengasyikkan sesuai dengan dunia kehidupan anak yang penuh sukacita.
3)   Kegiatan bercerita harus diiusahakan menjadi pengalaman bagi anak TK yang bersifat unik dan menarik.
Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan bercerita atau mendongeng adalah:
1)   Mengembangkan imajinasi anak;
2)   Menambah pengalaman;
3)   Melatih daya konsentrasi;
4)   Menambah perbendaharaan kata;
5)   Menciptakan suasana yang akrab;
6)   Melatih daya tangkap;
7)   Mengembangkan perasaan sosial;
8)   Mengembangkan emosi anak;
9)   Berlatih mendengarkan;
10)                   Mengenal nilai-nilai yang positif dan negatif;
11)                   Menambah pengetahuan.
b.   Format pembelajaran melalui bercerita
Metode pembelajaran melalui bercerita terdiri dari lima langkah, antara lain yaitu:
1)   Menentukan tujuan dan tema cerita
2)   Menentukan bentuk bercerita yang dipilih
3)   Menentukan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita
4)   Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita, yang terdiri dari: a) menyampaikan tujuan dan tema cerita; b) mengatur tempat duduk; c) melaksanakan kegiatan pembukaan; d) mengembangkan cerita; e) menetapkan teknik bertutur; f) mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan cerita.
5)   Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita.
3.    Metode Pembelajaran Melalui bernyanyi
a.    Rasional metode pembelajaran melalui bernyanyi
Honing menyatakan bahwa bernyanyi memiliki banyak manfaat untuk praktik pendidikan anak dan perkembangan pribadinya secara luas karena: 1) bernyanyi bersifat menyenangkan; 2) bernyanyi dapat dipakai untuk mengatasi kecemasan; 3) bernyanyi merupakan media untuk mengekspresikan perasaan; 4) bernyanyi dapat membangun rasa percaya diri anak; 5) bernyanyi dapat membantu daya ingat anak; 6) bernyanyi dapat mengembangkan rasa humor; dan 7) bernyanyi dapat membantu pengembangan keterampilan berfikir dan kemampuan motorik anak; serta dapat meningkatkan keeratan dalam sebuah kelompok.
Kegiatan bernyanyi merupakan salah satu kegiatan yang sangat digemari oleh anak-anak. Hampir setiap anak menikmati lagu-lagu atau nyanyian yang didengarkan, lebih-lebih jika nyanyian tersebut dibawakan oleh anak-anak seusianya dan diikuti dengan gerakan-gerakan yang sederhana. Melalui nyanyian atau lagu, banyak hal yang dapat kita pesankan kepada anak-anak, terutama pesan-pesan moral dan nilai-nilai agama.
b.   Sintaks pembelajaran melalui bernyanyi
Metode pembelajaran melalui bernyanyi terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
1)   Tahap perrencanaan, (penetapan tujuan pembelajaran, penetapan materi pembelajaran, menetapkan metode dan teknik pembelajaran, dan menetapkan evaluasi pembelajaran) 
2)   Tahap pelaksanaan, yang terdiri dari:
a)    Kegiatan awal: guru memperkenalkan lagu
b)     Kegiatan tambahan: anak diajak mendramatisikan lagu.
3)   Tahap penilaian dilakukan dengan memakai pedoman observasi untuk mengetahui sejauh mana perkembangan yang telah dicapai oleh anak.
4.    Metode Pembelajaran Terpadu
a.    Rasional metode pembelajaran terpadu
Pembelajaran terpadu, pembelajaran yang mengintegrasikan ke dalam semua bidang kurikulum atau  bidang-bidang pengembangan, berbagai kemampuan yang dimiliki oleh anak dapat berkembang secara optimal.
b.   Manfaat metode pembelajaran terpadu
Ada beberapa manfaat dari metode pembelajaran terpadu, yaitu meningkatkan perkembangan konsep anak, memungkinkan anak untuk mengeksplorasikan pengetahuan, membantu guru dan praktisi lainnya untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya, dapat dilaksanakan pada jenjang yang berbeda.
c.    Sintak pembelaajaran terpadu
Prosedur pelaksanaan pembelajaran terpadu terdiri dari langkah-langkah berikut: 1. Memilih tema, 2. Penjabaran tema, 3. Perencanaan, 4. Pelaksanaan, 5. Penilaian
5.    Metode Pembelajaran Karya Wisata
a.    Rasionalisasi metode pembelajaran karya wisata
Karya wisata merupakan salah satu metode pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak-anak untuk mengamati, memperoleh informasi, dan mengkaji dunia secara langsung, seperti binatang, tanaman, dan benda-benda lain yang ada di sekitar anak.
b.   Format metode pembelajaran karya wisata
Secara umum, rancangan kegiatan yang dapat disiapkan oleh pamong PAUS adalah:
1)      Menentukan sasaran dan lokasi,
2)      Melakukan observasi lokasi dan hubungan dengan pengelola lokasi,
3)      Merumuskan program kegiatan,
4)      Membentuk panitia pelaksana (bila perlu),
5)      Mmenyiapkan bahan dan alat serta perlengkapan yang deperlukan,
6)      Merumuskan tata tertib kegiatan,
7)      Meminta izin dan partisipasi orang tua
6.    Metode Pembelajaran Demonstrasi
a.    Rasionalisasi metode pembelajaran demonstrasi
Metode ini menekan pada cara-cara mengerjakan sesuatu dengan penjelasan, petunjuk, dan peragaan secara langsung. Melalui metode ini, diharapkan anak-anak dapat mengenal langkah-langkah pelaksanaan dalam melakukan suatu kegiatan, yang pada gilirannnya anak-anak diharapkan dapat meniru dan melakukan apa yang didemonstrasikan oleh pamong.
b.   Format metode pembelajaran demonstrasi
Secara umum, rancangan yang dapat dibuat meliputi:
1)   Menetapkan tujuan dan tema kegiatan,
2)   Menentukan bentuk demonstrasi yang dipilih,
3)   Menyiapkan alat dan bahan,
4)   Menetapkan langkah-langkah kegiatan,
5)   Menetapkan penilaian kegiatan.
7.    Metode Pembelajaran Bercakap-cakap (Berdialog)
Kegiatan bercakap-cakap atau berdialog dapat diartikan saling mengomunikasikan pikiran, perasaan, dan kebutuhan secara verbal untuk mewujudkan bahasa reseptif yang meliputi kemampuan mendengarkan dan memahami pembicaraan orang lain dan bahasa ekspresif yang meliputi kemampuan menyatakan pendapat, gagasan, dan kebutuhan kepada orang lain.
Seorang pamong PAUD hendaknya berupaya untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam berdialog. Upayakan menggunakan kata-kata yang positif, penuh dengan penghargaan dan pujian, serta kata-kata yang santun dan lembut, misalnya katatrima kasih, pintar, alhamdulillah, luar biasa, permisi, subhanallah dan lain-lain.
8.    Metode Pembelajaran Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas ini diberikan kepada anak semata-mata hanya untuk melatih persepsi pendengaran, meningkatkan kemampuan bahasa reseptif  anak, memusatkan perhatian, dan membangun motivasi anak bukan untuk melihat hasilnya. Oleh karena itu, sebaiknya dihindari pemberian tugas yang bersifat memaksa, mendikte, membatasi  kreativitas anak, terus-menerus, dalam bentuk pekerjaan rumah, atau tugas-tugas lain yang membuat anak justru merasa terpaksa, tertekan, membuat anak bosan, bahkan mungkin sampai pada tingkat frustasi.
9.    Metode Pembelajaran Sentra dan Lingkaran (Seling)
Metode ini menekan pada pembelajaran sistem sentra, sementara intervensi pamong dalam pembelajaran lebih diminimalisasi. Pembelajaran dengan metode ini mengacu pada empat pijakan yang ada, yaitu sebagai berikut:
a.    Pijakan lingkaran main
b.    Pijakan pengalaman sebelum bermain
c.    Pijakan pengalaman main setiap anak
d.   Pijakan pengalaman setelah main
Empat pijakan tersebut merupakan pijakan yang bersifat umum yang harus dilakukan oleh pamong PAUD dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode sentra.
10.      Metode Pembelajaran Quantum Teaching 
            Metode ini tergolong relatif baru dalam PAUD karena pada umumnya metode ini digunakan untuk pendidikan formal. Metode Quantum Teaching , peran otak kanan dan kiri dapat dioptimalkan. Metode ini juga mampu mengakomodasi modalitas belajar anak (visual, auditorial, dan kinestetik). Selain itu, metode ini juga mengoptimalkan potensi kecerdasan majemuk yang dimiliki anak sehingga dengan menggunakan metode ini suasana belajar akan lebih bergairah, hidup, menyenangkan, tidak membosankan, dinamis, dan nyaman sehingga anak-anak lebih betah selama belajar.[5]


[1] Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan PAUD, (Jakarta Baratn:PT Indeks.2011), hlm. 138
[2] Zainal Aqib, Pedoman Teknis Penyelenggaraan PAUD, (Bandung:CV. Nuansa Aulia. 2010), hlm. 45
[3] Yuliani Nurani Sujiono,  Konsep Dasar Pendidikan PAUD, (Jakarta Barat: PT Indeks, 2011), hlm. 139
[4] http://blog.tp.ac.id/prinsip-pembelajaran-paud#
[5] Novan Ardy Wiyani & Barnawi, FORMAT PAUD: Konsep, Karakteristik, & implementasi Pendidikan Anak Usia Dini, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm. 122-147

Prinsip Pengembangan Rencana Pembelajaran PAUD

Perencanaan pembelajaran PAUD adalah proses penyusunan rancangan kegiatan pembelajaran yang akan dikelola pendidik untuk melejitkan potensi anak.
Perencanaan pembelajaran pada program PAUD merupakan langkah awal yang sangat penting untuk memberikan arah yang tepat dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Komponen-komponen dalam rencana pembelajaran yang meliputi tujuan yang ingin dicapai, konsep yang ingin dibangun, metode, sarana, dan rencana waktu pelaksanaan merupakan acuan bagi pendidik dalam menjalankan kegiatan pembelajaran yang sistematis. 

Perencanaan pembelajaran pada program PAUD hendaknya merupakan satu kesatuan utuh yang mengacu  kepada Standar Perkembangan dan disusun secara bertahap, dan sistematis, mulai dari Rencana Pembelajaran Tahunan (RPT), Rencana Pembelajaran Bulanan (RPB), Rencana Kegiatan Mingguan (RKM), hingga Rencana Kegiatan Harian (RKH).
Berikut ini prinsip-prinsip pengembangan rencana pembelajaran yang harus dipahami oleh tenaga pendidik PAUD :

1.     Sesuai Dengan Tahap Perkembangan Anak
Rencana pembelajaran disusun untuk memberikan panduan dalam menyiapkan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan anak. Dengan kata lain penyusunan rencana pembelajaran harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Rencana pembelajaran yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak tidak atau kurang memberi manfaat bagi pengembangan kemampuan anak.
Sebagai contoh untuk kelompok anak usia 2 tahun yang sudah dapat berjalan dengan lancar, rencana pembelajaran yang berisi latihan berdiri tentunya tidak menantang anak untuk berkembang lebih lanjut. Sebaliknya untuk kelompok anak tersebut yang belum mengenal warna, kegiatan untuk membuat pola warna tidak akan dapat dicapai anak.
Mengetahui tahap perkembangan kelompok usia anak dapat merujuk pada Standar Perkembangan.
2.     Memenuhi Kebutuhan Belajar Anak
Selain memperhatikan tahap perkembangan anak, rencana pembelajaran juga harus dapat memenuhi kebutuhan belajar anak secara individu karena setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda. Meskipun pada umumnya anak pada kelompok usia tertentu ada dalam tahap perkembangan yang sama, tetapi pada kenyataannya setiap anak memiliki kekhasan masing-masing. Oleh karena itu dalam menyusun rencana pembelajaran perlu juga memperhatikan kekhasan anak secara individu.
Memahami kekhasan dan kebutuhan pembelajaran masing-masing anak dapat dilakukan melalui Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) di saat anak baru masuk program, atau dengan cara mengamati saat anak main. DDTK adalah sekelompok instrumen yang digunakan untuk mendeteksi tahap perkembangan anak. Apabila perencanaan pembelajaran disusun setelah dilakukan penilaian, maka hasil penilaian perkembangan anak dapat dijadikan dasar untuk membuat perencanaan pembelajaran berikutnya.
3.     Menyeluruh (meliputi semua aspek perkembangan)
Rencana pembelajaran yang disusun harus mencakup semua aspek perkembangan anak yang meliputi: moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional, dan kemandirian, bahasa, kognitif, fisik/motorik dan seni sebagai satu kesatuan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan. Pada pendidikan anak usia dini pengembangan setiap aspek perkembangan disampaikan dalam kegiatan pembelajaran yang terpadu dengan menggunakan tema. Contoh: dengan tema pembelajaran ”Aku”, aspek yang dikembangkan mencakup  moral dan nilai-nilai agama (mengenal aku sebagai ciptaan Tuhan), bahasa (menambah kosa kata tentang aku, menceritakan keluargaku, dll), kognitif (menghitung jumlah anggota tubuh), sosial emosional (mengenal kesukaan dan ketidaksukaanku), dan seterusnya.
4.   Operasional :
a. Tujuan Jelas dan dapat diukur: 
Perencanaan yang dibuat harus berisi tujuan yang jelas dan ingin dicapai dalam pembelajaran. Seperti yang dipaparkan di depan, tujuan yang ingin dicapai mencakup pengembangan semua kemampuan anak. Penetapan indikator yang ingin dicapai dalam rencana pembelajaran harus bertahap dan berkelanjutan, dimulai dari indikator paling sederhana, konkrit ke yang lebih rumit. Jumlah indikator yang ditetapkan dalam tujuan pun harus dibatasi sesuai dengan kemampuan.
Tujuan yang dituangkan dalam rencana pembelajaran pun harus dapat terukur, konkrit, dan dapat diamati.
Contoh perumusan tujuan:
Untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak (Tujuan masih umum belum kongkrit).
Bandingkan dengan tujuan berikut ini:
Anak mampu menjawab pertanyaan dengan tepat (lebih kongkrit/terukur).
b. Dapat Dilaksanakan:
Perencanaan disusun sebagai acuan pelaksanaan pembelajaran, karena itu penyusunan rencana pembelajaran harus dipastikan dapat diterapkan dalam pembelajaran yang menyenangkan bagi anak. Agar perencanaan dapat laksanakan maka harus memperhatikan sumber daya yang ada (SDM, sarana dan prasarana, lingkungan/muatan lokal), serta sesuai dengan tahapan perkembangan anak.
5.  Mengoptimalkan Potensi Lingkungan
Salah satu tujuan PAUD adalah mengembangkan kemampuan anak dalam mengenal lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain anak diharapkan peka terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Anak dapat melihat lingkungan sebagai pusat sumber belajar, sebagai potensi yang harus dioptimalkan dan sebagai wahana yang harus dijaga kelestariannya. Karena itu pengembangan rencana belajar untuk PAUD harus berakar pada lingkungan yang ada di sekitar anak.
Lingkungan yang dimaksud disini meliputi, lingkungan fisik yakni orang-orang yang ada di sekitar anak (guru, pengelola, orang tua, masyarakat), benda-benda, tumbuhan, binatang, dan bangunan sekitarnya, cuaca, alam sekitar. Selain lingkungan fisk juga perlu memperhatikan lingkungan non fisik, yakni adat, budaya, nilai-nilai keagamaan, seni, bahasa, dan lainnya.
Lingkungan fisik maupun non fisik tersebut diatas menjadi sumber belajar yang tidak ada habisnya  untuk diolah menjadi bagian dari perencanaan pembelajaran bagi anak usia dini.
Contoh:
Tema         : Tempat Beribadah,
Sub tema   : Masjid
Kegiatan yang akan dilaksanakan:
  • Mendiskusikan perilaku yang diharapkan selama ada di masjid, kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan di masjid.
  • Mengajak anak langsung mengunjungi masjid untuk mengamati seluruh bagian bangunan masjid.
  • Memberi kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan pengalamannya tentang masjid kedalam kegiatan-kegiatan seperti: melukis, menggambar, menyusun balok, bermain pasir, membentuk dengan playdough, menggunting, menyusun puzle, dll.

Mengoptimalkan potensi lingkungan juga dapat diartikan dengan memanfaatkan semua benda dan alat yang ada di lingkungan sebagai APE yang dapat dikembangkan sendiri oleh guru bersama anak sebagai salah satu alternatif mengatasi kekurangan atau keterbatasan APE yang dimiliki. 

Sumber : http://file.upi.edu/Direktori/ Silabus_PAUD_NonFormal
- See more at: http://ipisumedang.blogspot.com/2012/02/prinsip-pengembangan-rencana.html#sthash.uWF4wsfO.dpuf

Tanda Balita Sulit Beradaptasi Di Sekolah

Tak semua balita bisa langsung lebur dengan suasana sekolah. Di rumah ia lincah dan banyak omong, namun setelah dua minggu bergabung di kelompok bermain, ia menjadi pendiam. Kepintarannya selama ini tiba-tiba lenyap tak berbekas. Dia jadi tampil malu-malu, takut, pemilih, pencemas, sehingga menutupi kepintarannya. Untuk sementara waktu, Anda tak perlu cemas karena itu hal yang wajar, kenali penyebabnya.
Bingung. Balita bingung dengan suasana sekolah dan bangunan fisiknya yang berbeda dengan rumah, teman-taman baru yang banyak dan sosok ibu guru yan berbeda dengan ibunya.
Bantuan:
  • Saat menjemput anak, jangan langsung emmbawanya pulang. Ajak dia mengamaati lingkungan sekolahnya.
  • Di perjalanan, ajak balita melihat apa saja yang ditemui di jalan menuju sekolah.
  • Minta balita bercerita tentang sekolahnya dna perasaannya.
  • Bacakan cerita tentang masuk sekolah dan mengatasi rasa bingung.
Belum yakin. Rasa percaya diri terkikis pada apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di             sekolah.
Bantuan:
  • Ajarkan balita mengungkapkan kebutuhannya.
  • Yakinkan ia bahwa seperti di rumah, ia juga bi sake kamar mandi sendiri saat di sekolah.
  • Jelaskan hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Tidak pede. Balita takut menghadapi orang-orang baru sehingga cemas harus berpisah dari ibu atau pengasuhnya saat belajar di sekolah.
Bantuan:
  • Ajarkan cara berteman dengan sering mengajak balita bertemu anak lain.
  • Setiap hendak ke sekolah jelaskan padanya bahwa ia takkan lama berpisah dari ibu atau pengasuhnya.
  • Ajarkan anak asertif, misalnya jangan memukul saat dipukul teman.
  • Jelaskan bahwa teman dan guru di sekolah adalah orang yang baik, yang tidak perlu ditakuti.
Slow Warming UpPeka pada perasaannya sendiri dan orang lain. Apa yang ia rasakan, akan dirasakan secara mendalam dan selalu berempati.
Bantuan:
  • Biarkan balita seperti adanya, jangan ingin mengubahnya karena dia punya cara sendiri untuk beradaptasi.
  • Tak perlu dipaksa atau dseret untuk segara lebur dengan lingkungan baru. Biarkan diaSlow Warming Up menjadi diri sendiri.
  • Pusatkan perhatian Anda pada kepandaian dan temperamennya. Jangan dibandingkan dengan anak lain.
  • Persiapkan anak untuk setiap pengalaman baru, jelaskan sedetil mungkin apa saja yang akan ia hadapi agar bisa mulai menyiapkan diri.
  • Tingkatkan kesabaran Anda.

Dominasi Penggunaan Tangan dan Kerja Otak


Kecenderungan menggunakan salah satu tangan atau dominasi tangan kanan atau kiri dimulai sejak seorang balita berusia 18 bulan. Tetapi karena perkembangan motorik anak di usia itu sangat pesat, ia nyaris secara aktif menggunakan kedua tangannya bersamaan. Dominasi tangan belum nyata. 

Usia 2 tahun. Dominasi tangan baru terlihat jelas di usia 2 tahun. Jika dicermati, anak mulaibalita sering menggunakan tangan dominan (kanan atau kiri saja) untuk beraktivitas. Kecenderungan itu semakin jelas di usia 3 tahun. Kecenderungan salah satu tangan lebih aktif dari tangan lain itu bukan kebiasaan, melainkan bakat sejak lahir dan menunjukkan dominasi kerja otak.

Hampir 90 persen manusia di dunia memiliki kecenderungan tangan kanan. Kondisi itu membuat mereka dengan dominasi tangan kiri atau kidal dianggap unik. Apalagi karena di tataran sosial tangan kanan berperang penting, seperti bersalaman, memberi atau menerima benda dari orang lain

Kecerdasan otak. Karena pemahaman tidak tepat tentang cara kerja otak mengoordinasikan bagian tubuh, kita sering keliru memahami kecerdasan otak. Fakta bahwa otak bekerja mengordinasikan bagian tubuh secara berseberangan-otak kiri mengatur bagian tubuh kanan, otak kanan mengatur kerja organ tubuh kiri-membeti stigma bahwa anak dengan dominasi tangan kiri lebih cerdas secara emosi, kerena otak kanan yang mengatur koordinasi anggota tubuh kiri bekerja lebih aktif adalah otak bagian yang mengatur estetika dan emosi. Padahal itu tidak benar! Kerja otak menggordinasikan anggota tubuh, tidak berhubungan dengan kecerdasan omosi atau kemmapuan seni. Hingga kini para neurology belum menemukan data yang menguatkan pemahaman itu. 

Bila kedua tangan sama dominan. Dominasi tangan anak yang bisa menggunakan kedua tangannya secara seimbang disebut ambidexterity. Kasus ambidexterity otentik sudah jarang.  Ambidexterity yang dialami oleh orang kidal lebih sering karena dia berusaha mengasah kemampuan tangan kanan untuk digunakan seharu-hari akibat langkanya peralatan orang kidal, seperti pembuka kaleng, gunting, atau keyboard komputer. Banyak tokoh jenius mengidap ambidexterity. Antara lain, Harry Truman mantan Presiden AS, ilmuwan Albert Einstein, penemu Penisillin Alexander Flemming dan dua seniman kelas dunia Leonardo Da Vinci serta Michael Angelo.

Perbedaan Fungsi Otak Kanan & Otak Kiri

Otak Kanan dan Otak Kiri
Perbedaan dua fungsi otak sebelah kiri dan kanan akan membentuk sifat, karakteristik dan kemampuan yang berbeda pada seseorang. Perbedaan teori fungsi otak kiri dan otak kanan ini telah populer sejak tahun 1960an, dari hasil penelitian Roger Sperry.
Otak besar atau cerebrum yang merupakan bagian terbesar dari otak manusia adalah bagian yang memproses semua kegiatan intelektual, seperti kemampuan berpikir, penalaran, mengingat, membayangkan, serta merencanakan masa depan.

Otak besar dibagi menjadi belahan kiri dan belahan kanan, atau yang lebih dikenal dengan Otak Kiri dan Otak Kanan. Masing-masing belahan mempunyai fungsi yang berbeda. Otak kiri berfungsi dalam hal-hal yang berhubungan dengan logika, rasio, kemampuan menulis dan membaca, serta merupakan pusat matematika. Beberapa pakar menyebutkan bahwa otak kiri merupakan pusat Intelligence Quotient (IQ).

Sementara itu otak kanan berfungsi dalam perkembangan Emotional Quotient (EQ). Misalnya sosialisasi, komunikasi, interaksi dengan manusia lain serta pengendalian emosi. Pada otak kanan ini pula terletak kemampuan intuitif, kemampuan merasakan, memadukan, dan ekspresi tubuh, seperti menyanyi, menari, melukis dan segala jenis kegiatan kreatif lainnya.

Belahan otak mana yang lebih baik? Keduanya baik. Setiap belahan otak punya fungsi masing-masing yang penting bagi kelangsungan hidup manusia. Akan tetapi, menurut penelitian, sebagian besar orang di dunia hidup dengan lebih mengandalkan otak kirinya. Hal ini disebabkan oleh pendidikan formal (sekolah dan kuliah) lebih banyak mengasah kemampuan otak kiri dan hanya sedikit mengembangkan otak kanan.

Orang yang dominan otak kirinya, pandai melakukan analisa dan proses pemikiran logis, namun kurang pandai dalam hubungan sosial. Mereka juga cenderung memiliki telinga kanan lebih tajam, kaki dan tangan kanannya juga lebih tajam daripada tangan dan kaki kirinya. Sedangkan orang yang dominan otak kanannya bisa jadi adalah orang yang pandai bergaul, namun mengalami kesulitan dalam belajar hal-hal yang teknis.
Ada banyak cara untuk mengetahui apakah seseorang dominan otak kanan atau dominan otak kiri. Misalnya dengan melihat perilaku sehari-hari, cara berpakaian, dengan mengisi kuisioner yang dirancang khusus atau dengan peralatan Electroencephalograph yang bisa mengamati bagian otak mana yang paling aktif.
Disekitar Anda pastinya ada orang yang pandai dalam ilmu pengetahuan, tapi tidak pandai bergaul. Sebaliknya ada orang yang pandai bergaul, tapi kurang pandai di sekolahnya. Keadaan semacam ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara otak kanan dan otak kiri.
Idealnya, otak kiri dan otak kanan haruslah seimbang dan semuanya berfungsi secara optimal. Orang yang otak kanan dan otak kirinya seimbang, maka dia bisa menjadi orang yang cerdas sekaligus pandai bergaul atau bersosialisasi.
Untuk mengoptimalkan dan menyeimbangkan kinerja dua belahan otak, Anda bisa menggunakan teknologi Brainwave Entrainment atau yang dikenal dengan Terapi Gelombang Otak. Metode ini sangat mudah diikuti karena Anda hanya perlu mendengarkan semacam musik instrumental yang dirancang khusus untuk menyelaraskan dan mengaktifkan kedua belahan otak Anda.

Anda Tipikal si Otak Kiri atau si Otak Kanan?

Selain kerja keras dan disiplin tinggi, kunci sukses seseorang adalah mengetahui kemampuan dirinya untuk dikembangkan. Cari tahu mana saja kelebihan Anda yang bisa dikembangkan, maka dengan mudah jalan akan terbuka dan ditemukan.
Untuk mencari kelebihan Anda, ternyata sangat berhubungan erat dengan sistem kerja otak kiri dan kanan. Seseorang yang cenderung menggunakan otak kiri sangat cerdas dalam menyusun hal mengatur dan penghitungan. Sementara menerka yang cenderung bekerja dengan otak kana lebih menyukai pekerjaan yang berkaitan dengan praktek dan bekerja di bidang seni.
Apabila saat ini Anda sudah bekerja namun merasa tidak nyaman dengan pekerjaan Anda, bisa jadi Anda salah memilih pekerjaan. Yuk cari bidang pekerjaan sesuai dengan cara kerja otak.
Jawab beberapa pertanyaan berikut yang akan membantu Anda menentukan apakah Anda tipe si otak kanan atau si otak kiri.
1. Jika Anda diberi tugas untuk mengarang, maka yang akan Anda tulis adalah…
a. Menjabarkan sistem planet dan peredarannya
b. Menulis cerita bagaimana seekor gajah dapat menyelamatkan dunia
2. Menurut teman Anda, Anda adalah sosok yang…
a. Akademis dan terkenal selalu disiplin
b. Sosok yang populer dan ramai
3. Di pagi hari, Anda memilih pakaian berdasarkan…
a. Apa saja yang penting praktis
b. Seperti yang telah direncanakan semalam, karena ada acara yang spesial harus didatangi
4. Kalau ada dua pekerjaan yang menanti, maka Anda akan…
a. Menyelesaikan satu terlebih dahulu sampai sempurna, baru menyelesaikan yang lain
b. Mengerjakan yang satu, apabila bosan mengerjakan yang lain, dan kembali ke pekerjaan semula. Yang penting tidak bosan.
5. Dalam produksi film, kira-kira Anda akan berperan sebagai apa?
a. Pengarah gaya
b. Sebagai artisnya dong
6. Anda baru saja memenangkan sebuah tiket liburan selama seminggu ke pantai, Anda akan…
a. Mengajak serta kedua orang tua dan keluarga
b. Berlibur bersama teman-teman saja
7. Seseorang baru saja mengatakan bahwa Anda ini terlalu mementingkan penampilan. Maka Anda berpikir…
a. Masak sih?
b. Iya mungkin iya. Karena penampilan kan juga penting.
8. Dalam soal pilihan ganda, Anda akan…
a. Menelaah jawaban satu per satu kemudian baru memilih
b. Bingung memilih mana yang benar
9. Apabila Anda menonton film yang mengharukan maka Anda akan
a. Berkaca-kaca
b. Berusaha keras untuk tidak menangis
10. Saat beradu pendapat dengan orang lain Anda akan
a. Mengeluarkan semua fakta yang ada
b. Berusaha memanipulasi keadaan dan membuatnya lebih dramatis
Cek jawaban Anda di sini. Apabila jawaban Anda”
Kebanyakan A: Si Tipe Otak Kiri
Anda adalah tipe otak kiri, di mana Anda sosok pemikir yang praktis dan tak suka hal-hal yang muluk-muluk. Anda adalah tipe orang yang dikagumi karena kedisiplinan Anda. Anda sangat teliti dan tidak suka hal-hal atau barang yang berantakan. Anda akan menyelesaikan semua problem yang ditemui satu per satu terlebih dahulu sebelum menjamah problem lain.
Anda sangat pandai dalam hal menganalisa serta menemukan jawaban akan sebuah problem.
Kebanyakan B: Si Tipe Otak Kanan
Anda sosok yang ceroboh dan seringkali dibuat bimbang saat berhadapan dengan banyak pilihan. Anda sering kurang yakin dan kurang tegas, serta mudah tergiur rayuan.
Anda lebih senang berangan-angan dan cepat bosan. Gemar mendengarkan cerita fiksi dan khayalan serta menyukai hal-hal yang berkaitan dengan seni. Anda juga suka tantangan serta kejutan. Anda orang yang moody, dan tidak suka berkutat pada satu hal saja saat mengerjakan sesuatu.

Definisi Kontrol diri

Definisi kontrol diri menurut Mahoney dan Thoresen, (dalam Robert, 1975) adalah komponen yang secara utuh (integrative) yang dilakukan individu terhadap lingkungannya. Individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi akan menggunakan cara-cara yang tepat untuk berperilaku dalam kondisi yang berbeda atau bervariasi.
Hurlock (1984) menyatakan bahwa kontrol diri berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan yang terdapat dalam dirinya. Calhoun dan Acocella (1990) mendefinisikan kontrol diri (self- kontrol) sebagai pengaturan proses-proses fisik, psikologis, dan perilaku seseorang dengan kata lain serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri.
Goldfried dan Merbaum (dalam Lazarus, 1976), mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif. Kontrol diri juga menggambarkan keputusan individu yang melalui pertimbangan kognitif untuk menyatukan perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu seperti yang diinginkan (Lazarus, 1976).
Kontrol diri merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya serta kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi. Kemampuan untuk mengendalikan perilaku, kecenderungan untuk menarik perhatian, keinginan untuk mengubah perilaku agar sesuai untuk orang lain, menyenangkan orang lain, selalu konform dengan orang lain, menutup perasaannya (Roosianti, 1994).
Calhoun dan Acocella (1990), mengemukakan dua alasan yang mengaruskan individu untuk mengontrol diri secara kontinyu. Pertama, Individu hidup bersama kelompok sehingga dalam memuaskan keinginannya individu harus mengontrol perilakunya agar tidak mengganggu kenyamanan orang lain. Kedua, Masyarakat mendorong individu untuk secara konstan menyusun standar yang lebih baik bagi dirinya, sehingga dalam rangka memenuhi tuntutan tersebut dibuatkan pengontrolan diri agar dalam proses pencapaian standar tersebut individu tidak melakukan hal-hal yang menyimpang.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka kontrol diri dapat diartikan sebagai suatu aktivitas pengendalian tingkah laku, pengendalian tingkah laku mengandung makna yaitu melakukan pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu sebelum memutuskan sesuatu untuk bertindak. Semakin tinggi kontrol diri semakin intens pengendalian terhadap tingkah laku.