“Saya lulus, Seharusnya saya
menganggapnya sebagai sebuah pengalaman yang menyenangkan, terutama karena saya
adalah lulusan terbaik di sekolah saya.
Namun, setelah direnungkan,
saya tidak bisa mengatakan kalau saya memang lebih pintar dibandingkan dengan
teman-teman saya.
Yang bisa saya katakan adalah
kalau saya memang adalah yang terbaik dalam MELAKUKAN APA YG DIPERINTAHKAN GURU
/ ORANG TUAKU kepada saya dan juga dalam hal MENGIKUTI SISTEM YANG ADA.
Di sini saya berdiri, dan
seharusnya bangga bahwa saya telah selesai mengikuti periode indoktrinasi ini.
Saya akan pergi, di musim
dingin ini dan menuju tahap rencana berikut yang akan datang kepada saya,
setelah mendapatkan sebuah dokumen kertas yang mensertifikasikan bahwa saya
telah sanggup bekerja.
Tetapi saya adalah seorang
manusia, seorang pemikir, pencari pengalaman hidup – BUKAN SEORANG PEKERJA.
Pekerja adalah orang yang terjebak dalam pengulangan, seorang budak di dalam sistem
yang mengurung dirinya.
Sekarang, saya telah berhasil
menunjukkan kalau saya adalah budak terpintar. Saya melakukan apa yang disuruh
kepadaku secara sangat baik.
Di saat orang lain duduk
melamun di kelas dan kemudian menjadi seniman yang hebat, saya duduk di dalam
kelas rajin membuat catatan dan menjadi pengikut ujian yang terhebat.
Saat anak-anak lain masuk ke
kelas lupa mengerjakan PR mereka karena asyik membaca hobi-hobi mereka, saya
sendiri tidak pernah lalai untuk selalu mengerjakan PR saya. Saat yang lain
menciptakan musik dan lirik, saya justru mengambil ekstra SKS, walaupun saya
tidak membutuhkan itu dan tidak tahu apa gunanya kelak bagi saya.
Jadi, saya penasaran, apakah
benar saya ingin menjadi lulusan terbaik? Tentu, saya pantas menerimanya, saya
telah bekerja keras untuk mendapatkannya, tetapi apa yang akan saya terima nantinya?
Saat saya meninggalkan institusi pendidikan, akankah saya menjadi sukses atau
saya akan tersesat dalam kehidupan saya?
Saya tidak tahu apa yang saya
inginkan dalam hidup ini. Saya tidak memiliki hobi dan tujuan yg jelas, karena
semua mata pelajaran hanyalah sebuah pekerjaan dan kewajiban untuk belajar, dan
saya lulus dengan nilai terbaik di setiap subjek hanya demi untuk lulus,
memenuhi keinginan orang lain, sekolah dan mungkin orang tua saya, bukan untuk
belajar dalam arti yg sesungguhnya.
Dan jujur saja, sekarang saya
mulai ketakutan…….”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar