Selasa, 20 November 2012

Permainan Sederhana Sarat Makna


Menurut Jean Piaget, “Bagi anak, bermain adalah sarana mengubah kekuatan potensial dalam diri menjadi pelbagai kemampuan dan kecakapan. Bermain adalah sarana utama untuk belajar hukum alam, hubungan antara orang dan obyek”. Denga kata lain, bermain dapat membantu pertumbuhan fisik dan seluruh aspek  perkembangan anak (moral dan agama, fisik kognitif, bahasa, sosial dan emosional).
Sebagai orang tua bijak, sadarkah kita sering memilihkanalat main dan permainan kurang tepat untuk buah hati? Karena kita sering terjebak pada asumsi bahwa permainan dan alat main adalah sarana agar anak tidak rewel, agar anak senang , cukup sebatas itu saja. Sehingga kita kurang selektif memilihkan mainan dan mengenalkan permainan untuk anak.
Industri modern merancang berbagai alat main dengan variatif dan menarik bagi anak-anak , namun tidak semua alat main produksi pabrik aman untuk anak dari segi bahan dan fungsi alat main itu sendiri. Sesungguhnya alam sangat potensial menyediakan alat main yang aman untuk anak selain dapat mengajak mereka lebih mengenal ayat-ayat kauniyah (alam), mencintai dan peduli pada alam. Seperti memanfaatkan sampah sehingga dapat di daur ulang menjadi alat main edukatif, misalnya kadar susu yang tidak terpakai dapat dipotong menjadi beberapa bentuk geometri sehingga dapat menjadi media untuk anak mengenal bentuk geometri, membuat mobil-mobilan dari kulit jeruk bali, membuat kalung dari tangkai daun ketela atau membuat meriam dan kuda-kudaan dari pelepah pisang.
Melibatkan anak dalam membuat alat main tradisional adalah langkah nyata dalam membangun kreativitas mereka. Karena dengan memegang, menyentuh , dan meraba alat main baik dari alam dan daur ulang, anak dapat bereksplorasi, yaitu menyelidiki, menggali lebih dalam melalui indernya juga dapat bereksperimen atau mencoba-coba sebagai wujud mereka menemukan pengalaman-pengalaman baru saat bermain. Output dari penanaman kreativitas sejak dini adalah anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, tertantang melakukan hal-hal baru, dan mampu memecahkan berbagai masalah.
Namun fenomena yang terjadi saat ini umumnya anak kurang mengenal alat main dan permainan tradisional. Mereka lebih akrab dengan game on line di internet atau hp. Memang baik mengenalkan tekhnologi pada mereka. Namun bisa dicermati, apakah game di komputer cukup edukatif dan mengena seluruh aspek perkembangan anak? atau justru anak-anak kita semakin asyik pada layar komputer dan tidak terbangun sosial emosionalnya karena enggan berinteraksi dengan orang lain dan tidak mengenal lingkungan sekitar, memiliki dunia sendiri karena ia bisa memainkan  sebuah permainan seorang diri.
Zaman dulu kita masih sering diperkenakan orangtua dengan dolanan anak yang sarat dengan nilai-nilai luhur saat permainan yang mampu melatih motorik halus, mengenal bilangan, mengenal konsep kanan-kiri, melatih anak untuk bersabar menunggu giliran, jujur, sportif, hati-hati,mengenal aturan , menjalin interaksi dengan teman. Berkomunikasi, mengenal arti toleransi, interaksi sosial, kerjasama tim, seperti permainan dakon, atau lompat tali, yang dapat melatih bersosialisasi dan bekerjasama, melatih koordinasi mata dengan tangan, mengenal konsep tinggi, rendah, panjang-pendek, juga jamuran, engklek, benthik, cublak-cublak suweng, dan lain-lain.
Dunia anak-anak adalah dunia bermain, sehingga proses belajar mereka adalah melalui bermain (learning through playing) tentunya dengan permainan seperti dolanan  anak  dan alat main tradisional, karena permainan semacam itu memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan kejiwaan, pembentukan karakter dan kehidupan sosial anak di kemudian hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar