Sabtu, 13 Oktober 2012

PENDEKATAN BEHAVIORAL DAN KOGNITIF SOSIAL


POKOK BAHASAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DAN KOGNITIF SOSIAL
Oleh : Novie Eviany,S.Pd.AUD


1.      Apa Itu Pembelajaran?
a.       Apa Itu yang Disebut Belajar
b.      Pendekatan Untuk Pembelajaran
2.      Behavioral Untuk Pembelajaran
a.       Pengkondisian Klasik
b.      Pengkondisian Operan
3.      Analisis Perilaku Terapan Dalam Pendidikan
a.         Apa itu Analisis Perilaku Terapan?
b.         Meningkatkan Perilaku yang Diharapkan
c.         Mengurangi Perilaku yang Tidak Diharapkan
d.        Mengevaluasi Pengkondisian Operan dan Analisis Perilaku Terapan
4.      Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran
a.         Teori Kognitif Sosial Bandura
b.         Pembelajaran Observasional
c.         Pendekatan Perilaku Kognitif dan Regulasi Diri
d.        Mengevaluasi Pendekatan Kognitif Sosial

A.    Apa Itu Pembelajaran ?
Ketika ditanya “Apa fungsi sekolah”,  orang pasti menjawab, “Membantu murid untuk belajar” Semua orang setuju bahwa membantu murid untuk belajar adalah fungsi sekolah yang penting. Tetapi tidak semua orang sepakat tentang cara yang terbaik dalam mendidik anak – anak.
a.       Apa Yang Disebut Belajar Dan Bukan
Tidak semua yang kita tahu itu diperoleh melalui belajar, ada beberapa kemampuan – kemampuan yang sudah ada sejak lahir, tidak dipelajari. Misalnya, kita tidak harus belajar menelan makanan, berkedip saat silau, berteriak. Cakupan pembelajaran itu luas ( Domjan, 2000,2002). Pembelajaran melibatkan perilaku akademik dan non – akademik. Pembelajaran berlaku di sekolah dan dimana saja di seputar dunia anak. Jadi, pembelajaran (learning)dapat didefinisikan sebagai pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan, dan ketrampilan berpikir yang diperoleh melalui pengalaman.
b.      Pendekatan Untuk Pembelajaran
Ada beberapa pandangan tentang pendekatan untuk pembelajaran, diantaranya pendekatan Kognitif dan behavioral.
b.1. Behavioral
        Behaviorisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan dengan proses mental. Menurut kaum behavioris, perilaku adalah segala sesuatu yang kita lakukan dan bisa dilihat secara langsung; anak membuat poster, guru tersenyum pada anak, dan sebagainya. Sedangkan Proses Mental didefinisikan oleh psikolog sebagai pikiran, perasaan, dan motif yang kita alami namun tidak bisa dilihat orang lain. Meskipun kita tidak bisa melihat pikiran, perasaan, dan motif secara langsung, semua itu adalah sesuatu yang riil. Proses mental antara lain pemikiran anak tentang cara membuat poster, perasaan senang guru terhadap muridnya, dan motivasi anak untuk mengontrol perilakunya.
Menurut behavioris, pemikiran, perasaan, dan motif ini bukan subjek yang tepat untuk ilmu perilaku sebab semuanya itu tidak bisa diobservasi secara langsung. Pengkondisian yang klasik dan operan, yang merupakan dua pandangan behavioral yang akan kita diskusikan, menganut pandangan ini. Kedua pandangan ini menekan pembelajaran asosiatif (assosiativelearning), yang terdiri dari pembelajaran bahwa dua kejadian saling terkait (associated) (Pearce,2001). Misalnya pembelajaran asosiatif terjadi ketika murid mengasosiasikan atau mengkaitkan kejadian yang menyenangkan dengan pembelajaran sesuatu di sekolah, seperti guru tersenyum saat murid mengajukan pertanyaan yang bagus. Diskusi analisis perilaku terapan juga mencerminkan pandangan behavioral yang focus pada perilaku yang dapat diamati dan pembelajaran asosiatif.
b.2. Kognitif
Psikologi cenderung ke pandangan kognitif selama decade terakhir abad 20 dan penekanan kognitif ini terus berlanjut sampai sekarang. Penekanan kognitif menjadi basis bagi banyak pendekatan untuk pembelajaran (Driscoll, 2000 ; Hunt, 2002; Roediger, 2000; Wells & Claxton, 2002). Ada empat pendekatan Kognitif utama untuk pembelajaran :

b.2.1. Kognitif  Sosial
Penekanan pada pengalaman terutama penguatan dan hukuman, sebagai determinan dari pembelajaran dan perilaku
                  b.2.2. Pemrosesan Informasi Kognitif
menitikberatkan pada bagaimana anak memproses informasi melalui perhatian ( atensi), memori, pemikiran, dan proses kognitif lainnya.
                  b.2.3. Konstruktivis Kognitif
Menekankan  konstruksi kognitif terhadap pengetahuan dan pemahaman. Ini diperkenalkan dalam teori Piaget (1952) yang mengatakan bahwa ada dua proses yang bertanggung jawab atas cara anak menggunakan dan mengadaptasi skema mereka: asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika seorang anak memasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi terjadi ketika anak menyesuaikan diri pada informasi baru.
                  b.2.4. Konstruktivis Sosial
kolaborasi dengan orang lain untuk menghasilkan pengetahuan dan pemahanan. Pendekatan konstruktivis social pada awalnya diperkenalkan dalam bentuk teori Vygotsky, menekankan pada konteks social dari pembelajaran dan bahwa pengetahuan dibangun dan dikonstruksi secara bersama. Menurut Vygotsky, anak – anak menyusun pengetahuan melalui interaksi social dengan orang lain.

2.      Pendekatan Behavioral Untuk Pembelajaran
Pendekatan behavioral menekankan arti penting dari bagaimana anak membuat hubungan antara pengalaman dan perilaku, ada dua pendekatan behavioris yaitu :
a.       Pengkondisian Klasik
Tipe  pembelajaran dimana suatu organisme belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimuli. Dalam pengkondisian klasik, stimulus netral ( seperti melihat seseorang) diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna ( seperti makanan) dan menimbulkan kapasitas untuk mengeluarkan respon yang sama. Untuk memahami teori pengkondisian klasik Pavlov(1927) kita harus memahami dua tipe stimuli dan dua tipe respons: unconditioned stimulus (US), unconditioned response(UR), conditioned stimulus(CS), dan conditioned response(CR). Pengkondisian klasik dapat berupa pengalaman negative dan positif dalam diri anak di kelas.
Generalisasi, Diskriminasi, dan Pelenyapan. Generalisasi dalam pengkondisian klasik adalah tendensi dari stimulus baru yang sama (Jones, Kemenes & Benjamin, 2001). Misalnya murid dimarahi karena ujian biologinya buruk. Saat akan ujian kimia lagi dia menjadi gugup karena dua mata pelajaran itu saling berkaitan. Jadi, murid itu menggeneralisasikan satu ujian mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Diskriminasi dalam pengkondisian klasiknterjadi ketika organism merespons stimuli tertentu tapi tidak merespons stimuli lainnya ( Murphy, Baker & Fouquet, 2001). Pelenyapan (extinction) dalam pengkondisian klasik adalah pelemahan conditioned response (CR) karena tidak adanya unconditioned stimulus ( US). Contoh, Pavlov membunyikan bel berulang kali tetapi tidak memberikan makan, akhirnya anjing tidak berliur lagi.
Desensitisasi sistematis(systematic desensitization) adalah sebuah metode yang didasarkan pada pengkondisian klasik yang dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dengan cara membuat individu mengasosiasikan relaksasi dengan visualisasi situasi yang menimbulkan kecemasan. Desentisasi melibatkan sebuah tipe counterconditioning (McNeil, 2000). Perasaan rileks yang dibayangkan murid (US) menghasilkan relaksasi (UR). Murid kemudian mengasosiasikan isyarat yang menimbulkan kecemasan (CS) dengan perasaan relaksasi.
Mengevaluasi Pengkondisian Klasik. Pengkondisian klasik membantu kita memahami beberapa aspek pembelajaran dengan lebih baik. Cara ini membantu menjelaskan bagaimana stimuli netral menjadi diasosiasikan dengan respons yang tak dipelajari dan sukarela (LoLordo, 2000). Namun cara ini tidak efektif untuk menjelaskan perilaku sukarela, seperti mengapa anak lebih menyukai sejarah ketimbang geografi. Untuk area ini, pengkondisian operan akan lebih relevan.
b.      Pengkondisian Operan
Juga dinamakan pengkondisian instrumental yaitu, sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi – konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi. Arsitek utama dari pengkondisian operan adalah B.F.Skinner, yang pandangannya didasarkan pada pandangan E.L.Thorndike.
Hukum Efek Thorndike. E.L Thorndike ( 1906) melakukan eksperimen pada waktu yang hamper bersamaan dengan Ivan Pavlov. Thorndike mempunyai prinsip bahwa perilaku yang diikuti dengan hasil positif akan diperkuat dan bahwa perilaku yang diikuti hasil negative akan diperlemah. Pendekatan Skinner memperluas ide dasar Thorndike ini.
Pengkondisian Operan Skinner. Pengkondisian operan juga dinamakan pengkondisian instrumental, pembelajaran  dimana konsekuensi – konsekuensi dari perilaku akan menghasilkan  perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi, merupakan inti dari behaviorisme Skinner (1938). Konsekuensi dari perilaku ada imbalan atau hukuman.
Penguatan (imbalan) dan Hukuman. Penguatan ((imbalan) ( reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Penguatan boleh jadi kompleks. Penguatan berarti memperkuat. Dalam penguatan positif frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung ( rewarding), Dalam penguatan negative, frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan)(Frieman,2002).Hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.
Generalisasi, diskriminasi, dan pelenyapan. Prose ini juga merupakan dimensi penting dari pengkondisian operan (Hergenhan & Olson, 2001). Generalisasiberarti, memberikan respons yang sama terhadap stimuli yang sama. Diskriminasi berarti pembedaan di antara stimuli dan kejadian lingkungan. Pelenyapan (Extinction) terjadi ketika respons penguat sebelumnya tidak lagi diperkuat dan responnya menurun.


3.      Analisis Perilaku Terapan Dalam Pendidikan
3.1.Apa itu Analisis Perilaku Terapan?
Analisis Perilaku Terapan adalah Penerapan prinsip pengkondisian operan untuk mengubah perilaku manusia. Ada tiga penggunaan analisis perilaku yang penting dalam bidang pendidikan : meningatkan perilaku yang diinginkan, menggunakan dorongan ( prompt) dan pembentukan (shaping), dan mengurangi perilaku yang tidak diharapkan (Alberto & Troutman, 1999).
3.2.Meningkatkan Perilaku yang Diharapkan
Lima strategi pengkondisian operan dapat dipakai untuk meningkatkan perilaku anak yang diharapkan : memilih penguat yang efektif; membuat penguatan bersifat kontingen dan tepat waktu; memilih jadwal penguatan yang terbaik; mempertimbangkan penggunaan perjanjian ( contracting); dan menggunakan penguatan negatif secara efektif.
3.2.1.      Memilih Penguat yang Efektif
Kita bisa melakukan penelitian tentang apa yang memotivasi anak di masa lalu (sejarah penguatan). Penguat yang sering dipakai guru adalah aktivitas. Prinsip Premack  adalah prinsip yang menyatakan bahwa aktivitas berprobabilitas tinggi bisa berfungsi sebagai penguat aktivitas berprobabilitas rendah.
3.2.2.      Menjadikan Penguat Kontingen dan Tepat Waktu
Agar penguat dapat efektif, guru harus memberikan hanya setelah murid melakukan perilaku tertentu. Dan penguat akan lebih efektif apabila diberikan tepat pada waktunya.

3.2.3.      Memilih Jadwal Penguatan Terbaik
Skinner (1953) menyusun konsep jadwal penguatan, yang merupakan jadwal penguatan parsial yang menentukan kapan respons akan diperkuat. Empat jadwal penguatan utama adalah rasio-tetap, rasio variabel, interval-tetap, dan interval variabel. JadwalRasio Tetap yaitu, perilaku diperkuat setelah sejumlah respons. Jadwal Rasio Variabel yaitu, perilaku diperkuat setelah terjadi sejumlah respons, akan tetapi tidak berdasarkan pada basis yang dapat diprediksi. Jadwal Interval – Tetap yaitu, respons tepat pertama setelah beberapa waktu akan diperkuat. Jadwal Interval-Variabel yaitu, suatu respons diperkuat setelah sejumlah variabel waktu berlalu.
Apa efek dari penggunaan jadwal penguatan ini bagi anak?
-          Pembelajaran awal biasanya lebih cepat dengan penguatan berkelanjutan ketimbang penguatan parsial
-          Anak pada jadwal tetap menunjukkan persistensi yang lebih sedikit dan pelenyapan pespons yang lebih cepat ketimbang anak pada jadwal variabel.
3.2.4.      Menggunakan Perjanjian (Contracting)
Menempatkan kontingensi penguatan (perjanjian yang sudah disepakati) dalam tulisan.
3.2.5.      Menggunakan Penguatan Negatif Secara Efektif
Dalam penguatan negatif, frekuensi respons meningkat karena respons tersebut menghilangkan stimulus yang dihindari (tidak menyenangkan)(Alberto & Troutman, 1999).
Menggunakan Prompt dan Shaping. Prompt (dorongan) adalah stimulus tambahan atau isyarat tambahan yang diberikan sebelum suatu respons dan meningkatkan kemungkinan respons itu akan terjadi. Shaping (pembentukan) adalah mengajari perilaku baru dengan memperkuat perilaku yang mirip dengan perilaku sasaran.
3.3.Mengurangi Perilaku yang Tidak Diharapkan
Analisis perilaku terapan Paul Alberto dan Anne Troutman (1999) merekomendasikan bahwa jika guru ingin mengurangi perilaku yang tidak diharapkan, mereka harus menggunakan empat langkah berikut ini secara berurutan :
3.3.1.      Menggunakan penguatan diferensial.
Dalam penguatan diferensial, guru memperkuat perilaku yang lebih tepat atau yang tidak sesuai dengan apa yang dilakukan anak.
3.3.2.      Menghentikan penguatan (Pelenyapan).
Strategi menghentikan penguatan ini                  menarik penguatan positif terhadap perilaku tidak tepat atau tidak pantas.
3.3.3.      Menghilangkan stimuli yang diinginkan.
Strategi yang paling sering dipakai untuk menghilangkan stimuli yang diinginkan adalah time out ( di setrap) yaitu, jauhkan individu  dari penguatan positif  dan response cost yaitu, menjauhkan penguat positif dari individu.
3.3.4.      Memberikan stimuli yang tidak disukai(hukuman).
Menurut definisi hukuman yang disinggung di awal bab ini, konsekuensinya haruslah mengurangi perilaku yang tidak diharapkan (Branch,2000; Mazur, 2002). Tipe paling umum dari stimuli yang tidak menyenangkan adalah guru menggunakan teguran verbal. Ada sejumlah problem yang berhubungan dengan penggunaan stimuli yang tidak menyenangkan (Hyman, 1997; Hyman & Snook, 1999) :
-          Jika menggunakan hukuman berat seperti membentak dengan keras, maka kita akan menjadi contoh orang yang pemarah
-          Hukuman bisa menimbulkan rasa takut, kemarahan, dan penghindaran.
-          Ketika murid dihukum, mereka mungkin akan marah dan cemas sehingga tidak bisa konsentrasi pada tugas
-          Hukuman akan mengajari murid apa yang tidak boleh dilakukan
-          Apa yang dimaksudkan sebagai hukuman dapat berubah menjadi penguat.
3.4.Mengevaluasi Pengkondisian Operan dan Analisis Perilaku Terapan
Memberi banyak kontribusi untuk praktek pengajaran ( Kazdin, 2001; Martin & Pear, 2002; Purdy,dkk,2001)
4.      Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran
Teori ini berkembang dari teori behavioral tetapi lebih mengarah ke aspek kognitif (Schunk, 2000)
4.1.Teori Kognitif Sosial Bandura
Teori kognitif sosial ( social cognitive theory) menyatakan bahw faktor sosial dan kognitif dan juga faktor perilku, memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif bisa berupa ekspetasi murid untuk meraih keberhasilan; faktor sosial mungkin mencakup pengamatan murid terhadap perilaku orang tuanya.
kognitif
perilaku
Albert Bandura (1986, 1997, 2000, 2001) adalah arsitek utama teori kognitif sosial              model determinisme resiprokal
lingkungan
                                                                                                    
Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi, pemikiran, dan kecerdasan.
Menurut Bandura (1997, 2001), faktor person (kognitif) memainkan peran penting (self-efficacy) yakni keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai situasi  dan menghasilkan hasil positif.
4.2.Pembelajaran Observasional
Pembelajaran Observasional Juga dinamakan imitasi atau modeling, adalah pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain. Bandura ( 1986) memfokuskan pada proses spesifik yang terlibat dalam pembelajaran observasional. Proses ini adalah : atensi (perhatian), retensi, produksi, dan motivasi.
4.3.Pendekatan Perilaku Kognitif dan Regulasi Diri
Dalam pendekatan perilaku kognitif, penekanannya adalah membuat murid memonitor, mengelola dan mengatur perilaku mereka sendiri, bukan mengkontrol mereka melalui faktor eksternal. Di beberapa kalangan ada yang dinamakan modifikasi perilaku kognitif. Pendekatan perilaku kognitif berasal dari psikologi kognitif, yang menekankan pada efek pikiran terhadap perilaku, dan behaviorisme, yang menekankan pada teknik mengubah perilaku.
Metode instruksi-diri(self-instructional method) adalah sebuah teknik perilaku kognitif yang dimaksudkan guna mengajari individu untuk memodifikasi perilaku mereka sendiri. Metode self-instructional ini membantu orang mengubah apa yang anggapan mereka tentang diri mereka sendiri.
Pembelajaran Regular Diri. Pembelajaran regular diri adalah memunculkan dan memonitor sendiri pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan ini bisa jadi berupa tujuan akademik (meningkatkan pemahaman dalam membaca, menjadi penulis yang baik, belajar perkalian, mengajukan pertanyaan yang relevan), atau tujuan sosioemosional (mengontrol kemarahan, belajar akrab dengan teman sebaya).
4.4.Mengevaluasi Pendekatan Kognitif Sosial
Pendekatan kognitif sosial memberi kontribusi penting untuk mendidik anak. Selain mempertahankan aroma ilmiah kaum behavioris dan menekankan pada observasi yang cermat, pendekatan ini juga memperluas penekanan pembelajaran sampai ke fakror kognitif dan sosial. Pembelajaran dilakukan dengan mengamati dan mendengarkan model yang kompeten dan kemudian meniru apa yang mereka lakukan.


DAFTAR PUSTAKA
1.      Santrock, John W, (2011).  Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
2.      Ormrod, Jeanne Ellis, (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga
3.      Sujiono, Yuliani Nurani, dkk, (2007). Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar