POKOK BAHASAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DAN KOGNITIF SOSIAL
Oleh : Novie Eviany,S.Pd.AUD
1.
Apa Itu Pembelajaran?
a.
Apa Itu yang Disebut Belajar
b.
Pendekatan Untuk Pembelajaran
2.
Behavioral Untuk Pembelajaran
a.
Pengkondisian Klasik
b.
Pengkondisian Operan
3.
Analisis Perilaku Terapan Dalam Pendidikan
a.
Apa itu Analisis Perilaku
Terapan?
b.
Meningkatkan Perilaku yang Diharapkan
c.
Mengurangi Perilaku yang Tidak Diharapkan
d.
Mengevaluasi Pengkondisian Operan dan Analisis Perilaku
Terapan
4.
Pendekatan Kognitif Sosial Untuk
Pembelajaran
a.
Teori Kognitif Sosial Bandura
b.
Pembelajaran Observasional
c.
Pendekatan Perilaku Kognitif dan Regulasi Diri
d.
Mengevaluasi Pendekatan Kognitif Sosial
A.
Apa Itu Pembelajaran ?
Ketika ditanya “Apa fungsi sekolah”, orang pasti menjawab, “Membantu murid untuk
belajar” Semua orang setuju bahwa membantu murid untuk belajar adalah fungsi
sekolah yang penting. Tetapi tidak semua orang sepakat tentang cara yang
terbaik dalam mendidik anak – anak.
a.
Apa Yang Disebut Belajar
Dan Bukan
Tidak
semua yang kita tahu itu diperoleh melalui belajar, ada beberapa kemampuan –
kemampuan yang sudah ada sejak lahir, tidak dipelajari. Misalnya, kita tidak
harus belajar menelan makanan, berkedip saat silau, berteriak. Cakupan
pembelajaran itu luas ( Domjan, 2000,2002). Pembelajaran melibatkan perilaku
akademik dan non – akademik. Pembelajaran berlaku di sekolah dan dimana saja di
seputar dunia anak. Jadi, pembelajaran
(learning)dapat didefinisikan sebagai
pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan, dan ketrampilan berpikir yang
diperoleh melalui pengalaman.
b.
Pendekatan Untuk
Pembelajaran
Ada
beberapa pandangan tentang pendekatan untuk pembelajaran, diantaranya
pendekatan Kognitif dan behavioral.
b.1.
Behavioral
Behaviorisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus
dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan dengan proses mental.
Menurut kaum behavioris, perilaku adalah segala sesuatu yang kita lakukan dan
bisa dilihat secara langsung; anak membuat poster, guru tersenyum pada anak,
dan sebagainya. Sedangkan Proses Mental
didefinisikan oleh psikolog sebagai pikiran, perasaan, dan motif yang kita
alami namun tidak bisa dilihat orang lain. Meskipun kita tidak bisa melihat
pikiran, perasaan, dan motif secara langsung, semua itu adalah sesuatu yang
riil. Proses mental antara lain pemikiran anak tentang cara membuat poster,
perasaan senang guru terhadap muridnya, dan motivasi anak untuk mengontrol
perilakunya.
Menurut
behavioris, pemikiran, perasaan, dan motif ini bukan subjek yang tepat untuk
ilmu perilaku sebab semuanya itu tidak bisa diobservasi secara langsung.
Pengkondisian yang klasik dan operan, yang merupakan dua pandangan behavioral
yang akan kita diskusikan, menganut pandangan ini. Kedua pandangan ini menekan pembelajaran asosiatif (assosiativelearning), yang terdiri dari
pembelajaran bahwa dua kejadian saling terkait (associated) (Pearce,2001). Misalnya pembelajaran asosiatif terjadi
ketika murid mengasosiasikan atau mengkaitkan kejadian yang menyenangkan dengan
pembelajaran sesuatu di sekolah, seperti guru tersenyum saat murid mengajukan
pertanyaan yang bagus. Diskusi analisis perilaku terapan juga mencerminkan
pandangan behavioral yang focus pada perilaku yang dapat diamati dan
pembelajaran asosiatif.
b.2. Kognitif
Psikologi cenderung ke pandangan kognitif selama decade terakhir
abad 20 dan penekanan kognitif ini terus berlanjut sampai sekarang. Penekanan
kognitif menjadi basis bagi banyak pendekatan untuk pembelajaran (Driscoll,
2000 ; Hunt, 2002; Roediger, 2000; Wells & Claxton, 2002). Ada empat
pendekatan Kognitif utama untuk pembelajaran :
b.2.1. Kognitif Sosial
Penekanan pada
pengalaman terutama penguatan dan hukuman, sebagai determinan dari pembelajaran
dan perilaku
b.2.2. Pemrosesan Informasi Kognitif
menitikberatkan pada bagaimana anak memproses informasi melalui
perhatian ( atensi), memori, pemikiran, dan proses kognitif lainnya.
b.2.3. Konstruktivis Kognitif
Menekankan konstruksi
kognitif terhadap pengetahuan dan pemahaman. Ini diperkenalkan dalam teori
Piaget (1952) yang mengatakan bahwa ada dua proses yang bertanggung jawab atas
cara anak menggunakan dan mengadaptasi skema mereka: asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika seorang anak
memasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi terjadi ketika anak menyesuaikan
diri pada informasi baru.
b.2.4.
Konstruktivis Sosial
kolaborasi dengan orang lain untuk menghasilkan pengetahuan dan
pemahanan. Pendekatan konstruktivis social pada awalnya diperkenalkan dalam
bentuk teori Vygotsky, menekankan pada konteks social dari pembelajaran dan
bahwa pengetahuan dibangun dan dikonstruksi secara bersama. Menurut Vygotsky,
anak – anak menyusun pengetahuan melalui interaksi social dengan orang lain.
2.
Pendekatan Behavioral Untuk Pembelajaran
Pendekatan behavioral menekankan arti penting dari bagaimana
anak membuat hubungan antara pengalaman dan perilaku, ada dua pendekatan
behavioris yaitu :
a.
Pengkondisian Klasik
Tipe pembelajaran dimana suatu organisme belajar
untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimuli. Dalam pengkondisian klasik,
stimulus netral ( seperti melihat seseorang) diasosiasikan dengan stimulus yang
bermakna ( seperti makanan) dan menimbulkan kapasitas untuk mengeluarkan respon
yang sama. Untuk memahami teori pengkondisian klasik Pavlov(1927) kita harus
memahami dua tipe stimuli dan dua tipe respons: unconditioned stimulus (US),
unconditioned response(UR), conditioned stimulus(CS), dan conditioned
response(CR). Pengkondisian klasik dapat berupa pengalaman negative dan positif
dalam diri anak di kelas.
Generalisasi, Diskriminasi, dan Pelenyapan. Generalisasi dalam pengkondisian klasik adalah tendensi dari stimulus baru
yang sama (Jones, Kemenes & Benjamin, 2001). Misalnya murid dimarahi karena
ujian biologinya buruk. Saat akan ujian kimia lagi dia menjadi gugup karena dua
mata pelajaran itu saling berkaitan. Jadi, murid itu menggeneralisasikan satu
ujian mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya. Diskriminasi dalam pengkondisian klasiknterjadi ketika organism
merespons stimuli tertentu tapi tidak merespons stimuli lainnya ( Murphy, Baker
& Fouquet, 2001). Pelenyapan (extinction) dalam pengkondisian klasik
adalah pelemahan conditioned response
(CR) karena tidak adanya unconditioned
stimulus ( US). Contoh, Pavlov membunyikan bel berulang kali tetapi tidak
memberikan makan, akhirnya anjing tidak berliur lagi.
Desensitisasi sistematis(systematic desensitization) adalah
sebuah metode yang didasarkan pada pengkondisian klasik yang dimaksudkan untuk
mengurangi kecemasan dengan cara membuat individu mengasosiasikan relaksasi
dengan visualisasi situasi yang menimbulkan kecemasan. Desentisasi melibatkan
sebuah tipe counterconditioning (McNeil, 2000). Perasaan rileks yang
dibayangkan murid (US) menghasilkan relaksasi (UR). Murid kemudian
mengasosiasikan isyarat yang menimbulkan kecemasan (CS) dengan perasaan
relaksasi.
Mengevaluasi Pengkondisian Klasik. Pengkondisian klasik membantu kita memahami beberapa aspek
pembelajaran dengan lebih baik. Cara ini membantu menjelaskan bagaimana stimuli
netral menjadi diasosiasikan dengan respons yang tak dipelajari dan sukarela
(LoLordo, 2000). Namun cara ini tidak efektif untuk menjelaskan perilaku
sukarela, seperti mengapa anak lebih menyukai sejarah ketimbang geografi. Untuk
area ini, pengkondisian operan akan lebih relevan.
b.
Pengkondisian Operan
Juga
dinamakan pengkondisian instrumental
yaitu, sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi – konsekuensi dari perilaku
menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi. Arsitek
utama dari pengkondisian operan adalah B.F.Skinner, yang pandangannya
didasarkan pada pandangan E.L.Thorndike.
Hukum Efek Thorndike. E.L
Thorndike ( 1906) melakukan eksperimen pada waktu yang hamper bersamaan dengan
Ivan Pavlov. Thorndike mempunyai prinsip bahwa perilaku yang diikuti dengan
hasil positif akan diperkuat dan bahwa perilaku yang diikuti hasil negative
akan diperlemah. Pendekatan Skinner memperluas ide dasar Thorndike ini.
Pengkondisian Operan Skinner.
Pengkondisian operan juga dinamakan pengkondisian instrumental,
pembelajaran dimana konsekuensi –
konsekuensi dari perilaku akan menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan
diulangi, merupakan inti dari behaviorisme Skinner (1938). Konsekuensi dari
perilaku ada imbalan atau hukuman.
Penguatan (imbalan) dan Hukuman. Penguatan ((imbalan) ( reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan
probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Penguatan boleh jadi kompleks.
Penguatan berarti memperkuat. Dalam penguatan
positif frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung ( rewarding), Dalam penguatan negative, frekuensi respons
meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak
menyenangkan)(Frieman,2002).Hukuman
(punishment) adalah konsekuensi yang
menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.
Generalisasi, diskriminasi, dan pelenyapan. Prose ini juga merupakan dimensi penting dari pengkondisian
operan (Hergenhan & Olson, 2001). Generalisasiberarti,
memberikan respons yang sama terhadap stimuli yang sama. Diskriminasi berarti pembedaan di antara stimuli dan kejadian
lingkungan. Pelenyapan (Extinction) terjadi ketika respons
penguat sebelumnya tidak lagi diperkuat dan responnya menurun.
3.
Analisis Perilaku Terapan Dalam Pendidikan
3.1.Apa
itu Analisis Perilaku Terapan?
Analisis
Perilaku Terapan adalah Penerapan prinsip pengkondisian operan untuk mengubah
perilaku manusia. Ada
tiga penggunaan analisis perilaku yang penting dalam bidang pendidikan :
meningatkan perilaku yang diinginkan, menggunakan dorongan ( prompt) dan pembentukan (shaping), dan mengurangi perilaku yang
tidak diharapkan (Alberto & Troutman, 1999).
3.2.Meningkatkan Perilaku yang Diharapkan
Lima strategi pengkondisian operan dapat dipakai untuk
meningkatkan perilaku anak yang diharapkan : memilih penguat yang efektif;
membuat penguatan bersifat kontingen dan tepat waktu; memilih jadwal penguatan
yang terbaik; mempertimbangkan penggunaan perjanjian ( contracting); dan
menggunakan penguatan negatif secara efektif.
3.2.1.
Memilih Penguat yang Efektif
Kita bisa melakukan penelitian tentang apa yang
memotivasi anak di masa lalu (sejarah penguatan). Penguat yang sering dipakai
guru adalah aktivitas. Prinsip Premack adalah prinsip yang menyatakan bahwa aktivitas
berprobabilitas tinggi bisa berfungsi sebagai penguat aktivitas berprobabilitas
rendah.
3.2.2.
Menjadikan Penguat Kontingen dan Tepat Waktu
Agar penguat dapat efektif, guru harus memberikan hanya
setelah murid melakukan perilaku tertentu. Dan penguat akan lebih efektif
apabila diberikan tepat pada waktunya.
3.2.3.
Memilih Jadwal Penguatan Terbaik
Skinner (1953) menyusun konsep jadwal penguatan, yang merupakan jadwal penguatan parsial yang
menentukan kapan respons akan diperkuat. Empat jadwal penguatan utama adalah
rasio-tetap, rasio variabel, interval-tetap, dan interval variabel. JadwalRasio Tetap yaitu, perilaku
diperkuat setelah sejumlah respons. Jadwal Rasio Variabel yaitu, perilaku
diperkuat setelah terjadi sejumlah respons, akan tetapi tidak berdasarkan pada
basis yang dapat diprediksi. Jadwal
Interval – Tetap yaitu, respons tepat pertama setelah beberapa waktu akan
diperkuat. Jadwal Interval-Variabel
yaitu, suatu respons diperkuat setelah sejumlah variabel waktu berlalu.
Apa efek dari penggunaan jadwal penguatan ini bagi anak?
-
Pembelajaran awal biasanya lebih cepat dengan penguatan
berkelanjutan ketimbang penguatan parsial
-
Anak pada jadwal tetap menunjukkan persistensi yang lebih
sedikit dan pelenyapan pespons yang lebih cepat ketimbang anak pada jadwal
variabel.
3.2.4.
Menggunakan Perjanjian (Contracting)
Menempatkan kontingensi penguatan (perjanjian yang sudah
disepakati) dalam tulisan.
3.2.5.
Menggunakan Penguatan Negatif Secara Efektif
Dalam penguatan negatif, frekuensi respons meningkat
karena respons tersebut menghilangkan stimulus yang dihindari (tidak menyenangkan)(Alberto
& Troutman, 1999).
Menggunakan Prompt dan Shaping. Prompt (dorongan) adalah stimulus tambahan atau
isyarat tambahan yang diberikan sebelum suatu respons dan meningkatkan
kemungkinan respons itu akan terjadi. Shaping (pembentukan) adalah
mengajari perilaku baru dengan memperkuat perilaku yang mirip dengan perilaku
sasaran.
3.3.Mengurangi Perilaku yang Tidak Diharapkan
Analisis perilaku terapan Paul Alberto dan Anne Troutman
(1999) merekomendasikan bahwa jika guru ingin mengurangi perilaku yang tidak
diharapkan, mereka harus menggunakan empat langkah berikut ini secara berurutan
:
3.3.1.
Menggunakan penguatan diferensial.
Dalam penguatan diferensial, guru memperkuat perilaku
yang lebih tepat atau yang tidak sesuai dengan apa yang dilakukan anak.
3.3.2.
Menghentikan penguatan (Pelenyapan).
Strategi
menghentikan penguatan ini
menarik penguatan positif terhadap perilaku tidak tepat atau tidak
pantas.
3.3.3.
Menghilangkan stimuli yang diinginkan.
Strategi yang paling sering dipakai untuk menghilangkan
stimuli yang diinginkan adalah time out ( di setrap) yaitu, jauhkan
individu dari penguatan positif dan response cost yaitu, menjauhkan
penguat positif dari individu.
3.3.4.
Memberikan stimuli yang tidak disukai(hukuman).
Menurut definisi hukuman yang disinggung di awal bab ini,
konsekuensinya haruslah mengurangi perilaku yang tidak diharapkan (Branch,2000;
Mazur, 2002). Tipe paling umum dari stimuli yang tidak menyenangkan adalah guru
menggunakan teguran verbal. Ada sejumlah problem yang berhubungan dengan
penggunaan stimuli yang tidak menyenangkan (Hyman, 1997; Hyman & Snook,
1999) :
-
Jika menggunakan hukuman berat seperti membentak dengan
keras, maka kita akan menjadi contoh orang yang pemarah
-
Hukuman bisa menimbulkan rasa takut, kemarahan, dan
penghindaran.
-
Ketika murid dihukum, mereka mungkin akan marah dan cemas
sehingga tidak bisa konsentrasi pada tugas
-
Hukuman akan mengajari murid apa yang tidak boleh
dilakukan
-
Apa yang dimaksudkan sebagai hukuman dapat berubah
menjadi penguat.
3.4.Mengevaluasi Pengkondisian Operan dan
Analisis Perilaku Terapan
Memberi banyak kontribusi untuk praktek pengajaran (
Kazdin, 2001; Martin & Pear, 2002; Purdy,dkk,2001)
4.
Pendekatan Kognitif Sosial Untuk
Pembelajaran
Teori ini berkembang dari teori behavioral
tetapi lebih mengarah ke aspek kognitif (Schunk, 2000)
4.1.Teori Kognitif Sosial Bandura
Teori kognitif sosial ( social cognitive theory) menyatakan bahw faktor sosial dan kognitif
dan juga faktor perilku, memainkan peran penting dalam pembelajaran. Faktor
kognitif bisa berupa ekspetasi murid untuk meraih keberhasilan; faktor sosial
mungkin mencakup pengamatan murid terhadap perilaku orang tuanya.
kognitif
|
perilaku
|
lingkungan
|
Faktor kognitif mencakup ekspektasi,
keyakinan, strategi, pemikiran, dan kecerdasan.
Menurut Bandura (1997, 2001), faktor person (kognitif) memainkan peran penting
(self-efficacy) yakni keyakinan
bahwa seseorang bisa menguasai situasi
dan menghasilkan hasil positif.
4.2.Pembelajaran Observasional
Pembelajaran Observasional Juga dinamakan imitasi atau modeling, adalah
pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku
orang lain. Bandura ( 1986) memfokuskan pada proses spesifik yang terlibat
dalam pembelajaran observasional. Proses ini adalah : atensi (perhatian),
retensi, produksi, dan motivasi.
4.3.Pendekatan Perilaku Kognitif dan Regulasi
Diri
Dalam pendekatan perilaku kognitif, penekanannya adalah
membuat murid memonitor, mengelola dan mengatur perilaku mereka sendiri, bukan
mengkontrol mereka melalui faktor eksternal. Di beberapa kalangan ada yang
dinamakan modifikasi perilaku kognitif. Pendekatan
perilaku kognitif berasal dari psikologi kognitif, yang menekankan pada efek
pikiran terhadap perilaku, dan behaviorisme, yang menekankan pada teknik
mengubah perilaku.
Metode instruksi-diri(self-instructional
method) adalah sebuah teknik perilaku kognitif yang dimaksudkan guna
mengajari individu untuk memodifikasi perilaku mereka sendiri. Metode self-instructional ini membantu orang
mengubah apa yang anggapan mereka tentang diri mereka sendiri.
Pembelajaran Regular Diri. Pembelajaran regular diri adalah
memunculkan dan memonitor sendiri pikiran, perasaan, dan perilaku untuk
mencapai suatu tujuan. Tujuan ini bisa jadi berupa tujuan akademik
(meningkatkan pemahaman dalam membaca, menjadi penulis yang baik, belajar
perkalian, mengajukan pertanyaan yang relevan), atau tujuan sosioemosional
(mengontrol kemarahan, belajar akrab dengan teman sebaya).
4.4.Mengevaluasi Pendekatan Kognitif Sosial
Pendekatan kognitif sosial memberi kontribusi penting
untuk mendidik anak. Selain mempertahankan aroma ilmiah kaum behavioris dan
menekankan pada observasi yang cermat, pendekatan ini juga memperluas penekanan
pembelajaran sampai ke fakror kognitif dan sosial. Pembelajaran dilakukan
dengan mengamati dan mendengarkan model yang kompeten dan kemudian meniru apa
yang mereka lakukan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Santrock, John W, (2011).
Psikologi Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
2.
Ormrod, Jeanne Ellis, (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga
3.
Sujiono, Yuliani Nurani, dkk, (2007). Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar